Hidup ini, akan selalu
ada dua sisi, dua bagian, dan dua sudut
pandang. Pun, dunia ini mempunyai sekumpulan tekad dan harapan yang dimiliki
oleh orang-orang penjemput impian.
Bicara tentang dua sisi, dua bagian
dan dua sudut pandang. Kita harus berfikir jernih, berfikir secara matang
tentang tiga pertanyaan besar, uqdhatul
qubra.
-Dari mana?
-Untuk Apa?
-Mau kemana?
Ketika kita telah
memahami dan mempunyai jawaban tentang tiga pertanyaan tersebut dengan benar,
maka kita bisa mengetahui tentang dua sisi, dua bagian dan dua sudut pandang. Tiga
pertanyaan tersebut insya Allah, akan
mudah dijawab dengan keimanan yang teguh dan keyakinan pada sang khaliq, bahwa
hidup di dunia hanya sebentar saja.
“Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau
kamu sesungguhnya mengetahui. (al-Mu’minuun:114)
“Hidup
ini” ucap seorang ulama, “seperti diantara adzan dan iqamah.” Mari kita
berfikir sejenak. “...diantara adzan dan iqamah,” bukankah diantara itu kita memiliki
batas waktu?
Begini, biasanya, saat adzan telah berkumandang, kita
memliki waktu untuk sholat sunnah sebelum iqamah kurang lebih sekitar lima menit. Kita habiskan waktu yang hanya lima menit itu untuk sholat sunnah,
yang insya Allah berganjar pahala berlimpah
jika istiqamah. Tapi hanya sebagian yang melakukan hal itu, bukan?
Bila
di analogikan, sama seperti hidup ini. Hanya sedikit diantara kita yang mau
melakukan tindakan luar biasa dalam mengarungi kehidupan sebentar ini. Sedikit
diantara kita yang mau menjadi orang diatas rata-rata.
Rasa-rasanya, sangat
sayang sekali –kalau tidak mau dibilang rugi—jika hidup yang hanya sementara
ini digunakan untuk melakukan hal-hal biasa saja, menjadi orang rata-rata. Hidup
hanya sekedar mengikuti alur; Sekolah yang tinggi, bekerja, menikah, punya
anak, menjadi kakek dan setelah itu? Apa yang seru dari alur hidup yang seperti
ini. Dimana letak istimewanya? Sudah banyak orang rata-rata yang melakukan hal
itu.
Teman. Dua sisi, dua
bagian dan dua sudut pandang yang coba saya jelaskan adalah tentang;
Biasa-istimewa (bagian), Baik-Buruk (sisi), Sukses-gagal (sudut pandang). Jika
kita mau mengambil bagian istimewa,
maka itu merupakan sisi terbaik
dalam hidup, dan hal itu merupakan sudut pandang bagi orang sukses. Sukses yang saya maksud bukan
hanya sukses di dunia saja, tapi insya
Allah juga sukses di akhirat.
“jika hidup hanya sekedar
untuk hidup” tutur Buya Hamka, “Kera dihutan juga hidup.” Ah, teman. Hidup ini
memang rasanya terlalu sayang kita gunakan hanya untuk sekedar hidup tanpa
melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menambah timbangan-timbangan amal
dengan hebat. “kalau bekerja hanya sekedar kerja” lanjutnya, “kerbau disawah
juga kerja.” Agak berat rasanya mengatakan ini tapi, hal-hal biasa itu, dan
seperti yang dikatakan Buya Hamka, sedikit
menyindir kita secara tidak langsung (halus), yang hidup hanya sekedar bertahan
hidup dan kerja hanya untuk mengganjal perut. Ah, rugi sekali kita ini.
“hidup didunia” kata rumi, “bagai
pijakan anak tangga pertama yang pasti kita tinggalkan.”
Hidup ini hanya sementara, sayang bila harus menjadi orang rata-rata dan tidak berusaha menjadi orang yang istimewa. Lalu timbulah pertanyaannya dibenak kita, bagaimana caranya menjadi orang Istimewa?
Sudah dan bisa menjawab
tiga pertanyaan simpul besar uqdhatul qubra tadi? Kunci untuk menjadi
orang istimewa ada disana. Orang yang istimewa dan diatas rata-rata menyadari
bahwa ia berasal dan diciptakan oleh Allah, untuk beribadah serta menjadi Khalifah
(pemimipin) dibumi. Dan sesudah itu, Syurga menjadi tujuannya.
Inilah keyakinan
seseorang yang berada diatas rata-rata. Ia keluar
dari zona nyaman untuk menyampaikan
risalah Ilahi, menebarkan inspirasi,
karena ia tahu bahwa mati setiap
detik menghampiri, maka itu ia siapkan amal
terbaik untuk akhirat nanti.
Lakukan yang tidak biasa
dilakukan orang rata-rata. Berda’wah sampaikan islam, tebar inspirasi dan buat
prestasi. Karena menjadi orang rata-rata amat biasa, maka buatlah dirimu dan
hidupmu istimewa.
See you on Top. 
Fighting! 
Bagikan
Karena Menjadi orang rata-rata Sudah Biasa
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif