Adakalanya,
biru langit itu menjadi kelabu. Segarnya daun pun ’kan menjadi layu, seperti
diri yang terkadang lemah taat pada Allah. Pun, langit yang kelabu itu akan
menjadi cerah saat diterangi cahaya. Dan daun itu, akan menjadi segar nan hijau
menawan ketika mentari menyinarinya. Sama halnya dengan kita yang terkadang
lemah taat pada Allah, akan menjadi semangat saat kita terus berdekatan
denganNya. Nikmatnya...
Kita yang
saat ini sedang memperbaiki diri menuju pribadi yang lebih baik. Menata hidup
agar tidak lagi salah arah. Merangkai mimpi agar memiliki tujuan hidup dan... memantaskan
diri agar mendapatkan jodoh yang baik dan Shaliha, semoga niat itu semua lurus
karena Allah semata bukan karena yang lain. Perihal pasangan hidup misalnya,
kita memantaskan/memeperbaiki diri seolah-olah hanya karena ingin mendapatkan
pasangan yang Shalih/a agar jodoh kita menjadi baik nantinya. Padahal, sesuatu
yang bukan karena Allah, sesuatu yang bukan di niatkan untuk ibadah maka akan
sia-sia.
Saat “berhijrah”
(memperbaiki diri dari yang buruk menjadi baik) kini semarak –alhamdulillah—moga niat itu lurus untuk
terus memperbaiki diri karena Allah, bukan karena perihal jodoh. Sebab, saat
memantaskan diri tak lagi karena Allah, mungkin bisa saja kita mendapatkan
pasangan yang baik, tapi apakah Allah ridha?
Memantaskan
diri itu penting, tapi kembali lihat niat kita. Apakah murni karena Allah atau
mungkin karena jodoh? Ingat, hidup didunia ini untuk mendapatkan ridha Allah
bukan ridha jodoh.
Saat kita
memantaskan diri karena Allah, Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita
dan Insya Allah ridhapun di dapat. Tapi kalau memantaskan diri hanya untuk
jodoh, ah, rasa-rasanya tidak pantas, sebab cinta Allah-lah yang hakiki dan
pasti.
Dari sini, mari memperbaiki niat kita. Menata kembali niat
yang ‘mungkin’ salah. Memantaskan diri karena Allah bukan karena Jodoh.
Bagikan
Memantaskan diri Karena Allah bukan Karena Jodoh
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif