“Jika
engkau ingin mengenal dunia, maka membacalah”
Buku, adalah jendela dunia dan juga ilmu. Kunci untuk
membuka dan mendapatkannya ialah dengan membacanya. Bagi seseorang yang
menginginkan dan haus akan suatu yang baru, baik itu tentang ilmu ataupun dunia
maka ia harus banyak membaca. Bukan apa-apa, karena dengan membacalah tingkat
kecerdasan seseorang itu dapat kita ukur. Bahkan bukan hanya sekedar seseorang
saja, kecerdasan penduduk dari sebuah negara pun dapat kita lihat dengan melihat
minat baca masyarakatnya.
Dan disini, sangat memprihatinkan sekali minat
baca masyarakat indonesia, hanya sekitar 0,001, itu artinya hanya 1 banding
1.000 masyarakat indonesia yang masih punya minta baca tinggi. –data ini
berdasarkan hasil survei UNESCO pada 2011 lalu, semoga tahun ini meningkat—
Jika kita mau berkaca pada sejarah, majunya peradaban
islam adalah berkat kaum muslim yang sangat suka membaca. Berkat kegemaranya
membaca, kaum muslim tergerak untuk melakukan sebuah eksplorasi serta
obeservasi tentang sesuatu yang ia dapat dari buku tersebut. Maka tak heran,
dari sini bermunculan-lah para ilmuwan islam seperti; Ibnu Sina, Ar Razi, Abbas
Ibnu Firnas, Al Haitsami, Al Birruni, Al Khawarizmi dan masih banyak lagi
ilmuwan-ilmuwan muslim yang terbentuk dari kegemarannya dalam membaca.
Terkadang, kita sendiri yang mungkin masih malas atau
tidak mau membaca suka ‘memusuhi’ buku. Lihat buku tebal dikit, sudah ‘ogah’
untuk membacanya. Jangankan yang tebal, jika permusuhan kita antara buku sudah
semakin akut, lihat buku tipis saja sudah alergi. Menjauh dan tidak mau melihat
buku lagi. Inilah yang terkadang terjadi pada kita masyarakat indonesia,
khususnya kaum muslimin, berat untuk membaca. Inilah kesalahan yang mungkin
sepele, tapi sangat berpengaruh besar bagi kehidupan, yaitu meninggalkan budaya
membaca buku. Yang perlu dan patut untuk kita ketahui adalah, membaca buku itu
bukan hanya dapat membuat kita mengenal dunia serta mendapatkan ilmu, tapi
dengan membaca buku kita juga membentuk pola fikir dan juga sikap terhadap
sesuatu. Dan bukan hanya itu, dengan gemar membaca, ia dapat memfasihkan
perkataan kita pada orang lain. Pembicaraan kita jadi runut dan terarah. Itulah
sebabnya, perbedaan seseorang dapat dilihat dari sering atau tidaknya ia dalam
membaca buku.
“Jika kita mau
cerdas maka banyak-banyaklah membaca”
Pun jika kita mau
mengkaji Al-qur’an, ayat yang pertama kali turun kemuka bumi adalah perintah
untuk membaca. Sebagaimana firman Allah yang tertuang dalam Al-qur’an surat
Al-Alaq.
ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ
Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan.
Lalu
sampai sini, apa yang membuat kita masih malas, enggan, berat untuk membaca?
Jika Allah saja sudah perintahkan pada kita; Bacalah! Mengapa kita masih
menutup mata bahkan memalingkan muka dari buku yang justru memberikan banyak manfaat
pada kita. Ingat, buku adalah jendela ilmu, dan kunci untuk mendapatkannya
ialah dengan membaca.
“Teman terbaik saat senggang adalah Buku”
Tidak
ada kata lain pada diri kita saat ini, selain menjadikan buku sebagai teman
saat senggang. Ah, bukan saat senggang saja, tapi kita harus menyediakan waktu
terbaik untuk membaca buku dalam meningkatkan kecerdasan serta intelegensia
kita. Setidaknya, dengan me-nyeringkan baca buku ini, sedikit manfaat yang dapat
dipetik adalah; Kita Jadi Mengerti. Pun, jika kita mau membangun keluarga
hingga peradaban yang cemerlang. Mulailah dari membaca. Tidak perlu saya
utarakan lagi manfaat dalam membaca karena satu-satunya yang pasti akan anda
dapatkan adalah ilmu yang pasti bermanfaat. Ingat, tidaklah sama antara orang
yang berilmu dan juga tidak, Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Jika
ingin ilmu dan derajatnya bertambah, maka membacalah.
"Siapapun yang terhibur
dengan buku-buku” ucap Ali bin Abi Thalib “kebahagiaan tak akan sirna dari
dirinya."
Yuk, gencarkan dan tingkatkan membaca bukunya. 
Bagikan
Untuk Apa Baca Buku?
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif