Sabtu, 21 Oktober 2017

Pendiri Zionis dan Impian yang Berdurasi


Mari mematok impian, tentukan kapan ia terwujud. Kali ini kita akan mengambil contoh dari Theodore Herlz tentang Impian yang berdurasi. Saat kita membaca sejarah terutama sejarah islam, dahulu sekali negeri palestina adalah tanah yang merdeka, bergabung bersama kekuatan besar, Khilafah Turki Utsmani, Daulah Khilafah yang menaungi negeri-negeri islam sebelum akhirnya runtuh pada tahun 1924.

Kita akan mundur beberapa tahun silam sebelum akhirnya inggris berhasil menguasai Palestina dan membuatnya tunduk tak berdaya. Theodore Herlz adalah aktor utama dibalik pendirian negara Israel Raya, ia merupakan seorang Jurnalis sekaligus ahli hukum yang membuat durasi impiannya menjadi nyata. Ia menargetkan bahwa sekiranya 50 tahun kedepan orang-orang Yahudi sudah memiliki negara tempat mereka menetap dan membesarkan anak. Hal ini dikarenakan kaum Yahudi kerap kali di aniaya dan di usir berbagai negara tempat mereka tinggal.

Pembantaian kaum Yahudi oleh kelompok Nazi misalnya, adalah tragedi yang menyimpan luka cukup dalam dan tak akan pernah terlupakan baik oleh sejarah ataupun kaum Yahudi sendiri. Melihat hal tersebut, inilah yang mungkin menjadi pemantik Herlz untuk menargetkan impiannya. Ya, etnis Yahudi harus memiliki Negara sendiri agar mereka tidak terkatung-katung ditengah pelarian.

Theodore Herlz.

Herlz, di dalam perjuangannya mewujudkan impian cukup gilanya itu tak jarang mendapatkan hinaan serta ledekan dari kaumnya sendiri, “Halah. Mau buat negara, hidup kita saja harus berlari jika tidak ingin mati.” Tapi ia sungguh tidak memedulikan hal itu. Ia tetap fokus pada impiannya. Mendirikan Negara Yahudi. Belakangan ia membuat konferensi untuk membahas hal ini dengan mendirikan gerakan Zionisme, maka tak jarang Theodore Herlz kerapkali disebut sebagai Bapak Zionis.

Herzl bukan hanya tokoh zionisme, melainkan juga seorang novelis. Lewat novel utopianya, Altneuland (Tanah Lama-Baru), yang diterbitkan pada tahun 1902, Herzl mengkhayalkan sebuah “Masyarakat Baru” di Palestina pada tahun 1923. Maka pada tahun 1948, Israel resmi berdiri di tanah Palestina. Semua merupakan rencana Allah yang tak bisa terelakan. Tentu saja kita bersedih hati atas pendudukan yang dilakukan oleh kaum Yahudi terhadap tanah palestina, akan tetapi meski musuh, Herlz memberikan kita pelajaran untuk berani bermimpi, untuk bervisi besar, dan untuk mewujudkan itu semua butuh kerja keras.

Suatu saat di tahun 1898 ia pernah berkata “Hari ini kuproklamasikan Negara Yahudi raya di Palestina. Hari ini memang aku pantas ditertawakan. Tapi selambat-lambatnya 50 tahun lagi” ucap Herlz penuh semangat, “aku yakin bahwa mereka yang mengabdi untuk zionisme-lah yang akan tertawa.”

 Sejak saat itu ia telah menanamkan mimpi besarnya untuk membangun sebuah Negara adidaya. Dengan mimpinya itu, ia mulai melakukan segala hal yang licik dan mencoba melobi Inggris untuk merekayasa dan menskenariokan terbentuknya Negara Israel. Alhasil, ia berhasil  mewujudkan mimpinya.

Diangkatnya Theodore Herlz menjadi contoh dalam tulisan ini bukan untuk membesarkannya, melainkan untuk mengambil cara bagaimana ia berhasil mewujudkan mimpinya, yaitu dengan menentukan durasi kapan impian itu terwujud. Jika Herlz yang musuh islam, jauh dari Allah, licik saja berani bermimpi besar dan menargetkannya. Lalu mengapa kita yang Muslim, dekat dengan Allah bila taat, umat terbaik bila ikuti syariat, di jadikan Allah Khalifah fil Ardh tidak berani bermimpi besar?

Adalah hal yang aneh apabila kita tak berani bermimpi, sebab Rasulullah telah mengajarkan kita untuk senantiasa optimis. Tiada hal yang mustahil bagi Allah jika kita mau berusaha, meski orang-orang mentertawakan-menghina, biarlah ia menjadi bahan bakar untuk membuat lebih cepat mecapai impian yang telah kita buat.

“Ketika kamu diremehkan” tutur Kang Dewa, “fokuslah pada tiga hal; lakukan saja sesuatu yang benar, kerjakan hal yang besar dan biarkan hasilnya yang berbicara.”

Bermimpilah yang besar, lalu bangun untuk mewujudkannya. Tentukan target kapan tercapainya, niscaya malaikat-malaikat mengaminkan impian kita dan menghantarkannya pada Allah menjadi sebuah doa, hingga nanti Allah akan mengabulkan seiring dengan usaha yang kita lakukan. Semangat!

Bagikan

Tulisan Lainnya

Pendiri Zionis dan Impian yang Berdurasi
4/ 5
Oleh

Tinggalkan kesan.