Mari mematok impian, tentukan kapan ia
terwujud. Kali ini kita akan mengambil contoh dari Theodore Herlz tentang
Impian yang berdurasi. Saat kita membaca sejarah terutama sejarah islam, dahulu
sekali negeri palestina adalah tanah yang merdeka, bergabung bersama kekuatan
besar, Khilafah Turki Utsmani, Daulah Khilafah yang menaungi negeri-negeri
islam sebelum akhirnya runtuh pada tahun 1924.
Kita akan mundur beberapa tahun silam
sebelum akhirnya inggris berhasil menguasai Palestina dan membuatnya tunduk tak
berdaya. Theodore Herlz adalah aktor utama dibalik pendirian negara Israel Raya,
ia merupakan seorang Jurnalis sekaligus ahli hukum yang membuat durasi impiannya
menjadi nyata. Ia menargetkan bahwa sekiranya 50 tahun kedepan orang-orang
Yahudi sudah memiliki negara tempat mereka menetap dan membesarkan anak. Hal
ini dikarenakan kaum Yahudi kerap kali di aniaya dan di usir berbagai negara
tempat mereka tinggal.
Pembantaian kaum Yahudi oleh kelompok
Nazi misalnya, adalah tragedi yang menyimpan luka cukup dalam dan tak akan
pernah terlupakan baik oleh sejarah ataupun kaum Yahudi sendiri. Melihat hal
tersebut, inilah yang mungkin menjadi pemantik Herlz untuk menargetkan
impiannya. Ya, etnis Yahudi harus memiliki Negara sendiri agar mereka tidak
terkatung-katung ditengah pelarian.
Theodore Herlz.
Herlz, di dalam perjuangannya mewujudkan
impian cukup gilanya itu tak jarang mendapatkan hinaan serta ledekan dari
kaumnya sendiri, “Halah. Mau buat negara, hidup kita saja harus berlari jika
tidak ingin mati.” Tapi ia sungguh tidak memedulikan hal itu. Ia tetap fokus
pada impiannya. Mendirikan Negara Yahudi. Belakangan ia membuat konferensi
untuk membahas hal ini dengan mendirikan gerakan Zionisme, maka tak jarang
Theodore Herlz kerapkali disebut sebagai Bapak Zionis.
Herzl bukan hanya tokoh zionisme,
melainkan juga seorang novelis. Lewat novel utopianya, Altneuland (Tanah
Lama-Baru), yang diterbitkan pada tahun 1902, Herzl mengkhayalkan sebuah “Masyarakat
Baru” di Palestina pada tahun 1923. Maka pada tahun 1948, Israel resmi berdiri
di tanah Palestina. Semua merupakan rencana Allah yang tak bisa terelakan. Tentu
saja kita bersedih hati atas pendudukan yang dilakukan oleh kaum Yahudi terhadap
tanah palestina, akan tetapi meski musuh, Herlz memberikan kita pelajaran untuk
berani bermimpi, untuk bervisi besar, dan untuk mewujudkan itu semua butuh
kerja keras.
Suatu saat di tahun 1898 ia pernah
berkata “Hari ini kuproklamasikan Negara Yahudi raya di Palestina. Hari ini
memang aku pantas ditertawakan. Tapi selambat-lambatnya 50 tahun lagi” ucap
Herlz penuh semangat, “aku yakin bahwa mereka yang mengabdi untuk zionisme-lah
yang akan tertawa.”
Sejak saat itu ia telah menanamkan mimpi
besarnya untuk membangun sebuah Negara adidaya. Dengan mimpinya itu, ia mulai
melakukan segala hal yang licik dan mencoba melobi Inggris untuk merekayasa dan
menskenariokan terbentuknya Negara Israel. Alhasil, ia berhasil
mewujudkan mimpinya.
Diangkatnya Theodore Herlz menjadi
contoh dalam tulisan ini bukan untuk membesarkannya, melainkan untuk mengambil
cara bagaimana ia berhasil mewujudkan mimpinya, yaitu dengan menentukan durasi
kapan impian itu terwujud. Jika Herlz yang musuh islam, jauh dari Allah, licik
saja berani bermimpi besar dan menargetkannya. Lalu mengapa kita yang Muslim,
dekat dengan Allah bila taat, umat terbaik bila ikuti syariat, di jadikan Allah
Khalifah fil Ardh tidak berani bermimpi besar?
Adalah hal yang aneh apabila kita tak
berani bermimpi, sebab Rasulullah telah mengajarkan kita untuk senantiasa
optimis. Tiada hal yang mustahil bagi Allah jika kita mau berusaha, meski
orang-orang mentertawakan-menghina, biarlah ia menjadi bahan bakar untuk membuat
lebih cepat mecapai impian yang telah kita buat.
“Ketika kamu diremehkan” tutur Kang
Dewa, “fokuslah pada tiga hal; lakukan saja sesuatu yang benar, kerjakan hal
yang besar dan biarkan hasilnya yang berbicara.”
Bermimpilah yang besar, lalu bangun untuk mewujudkannya. Tentukan
target kapan tercapainya, niscaya malaikat-malaikat mengaminkan impian kita dan
menghantarkannya pada Allah menjadi sebuah doa, hingga nanti Allah akan mengabulkan
seiring dengan usaha yang kita lakukan. Semangat!
Bagikan
Pendiri Zionis dan Impian yang Berdurasi
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif
Tinggalkan kesan.