“Jika Zaid terbunuh,” ucap Nabi, “ganti dengan Ja’far ibn Abi
Thalib sebagai panglima perang, Jika Ja’far gugur, ganti oleh Abdullah Ibn
Rawahah…” Demekian tutur Rasulullah shalallahu’alahi wa salam yang
menyertai pasukan kaum muslimin hingga
Bukit Al-Wada’, nantinya setelah ketiga panglima perang yang telah ditunjuk
nabi syahid, kita tahu bahwa kaum muslim memilih Khalid ibn Walid sebagai panglima
hingga mencapai kemenangan.
Perang pun pecah, geliat pasukan muslimin untuk mengalahkan
kaum kafir makin membara. Meski hanya dengan tiga ribu pasukan melawan dua
ratus ribu tantara gabungan, sungguh ia tidak menciutkan nyali dan keimanan,
karena mati dalam memperjuangkan islam adalah kehormatan yang berganjar kemuliaan.
Tiga
panglima pilihan Nabi bertempur habis-habisan. Panji Rasulullah dipegang kuat
oleh Zaid ibn Haritsah yang terus melancarkan serangan, namun tombak menghunus
di dadanya hingga ia syahid sebagai syuhada. Panji itu masih digenggam. Kaum
muslim yang melihat Zaid gugur kini mengambil panji tersebut dan menyerahkan
pada Ja’far ibn Abi Thalib.
Ja’far bertarung dengan gagah diatas kuda tunggangannya. Ia
hempaskan pedang, meliuk-liuk kearah kaum kafir yang mengepungnya dengan gigih
hingga akhirnya terpojok. Tentara gabungan itu berhasil menyudutkannya. Ja’far
terus bertarung bak singa yang mengaum, tangan kanannya tertebas dan putus, ia
genggam panji itu dengan tangan kirinya. Ia terus bertarung sampai tangan kirinya juga
putus. Kali ini ia mendekap panji rasulullah dengan kedua lengan atasnya.
Sampai akhirnya Ja’far pun tumbang dan syahid. Kelak, ia diberi julukan
al-Thayyar; si Terbang. Ia gugur dengan badan dipenuhi lebih dari lima puluh
tusukan dan pukulan, tapi tak satupun yang mengenai punggungnnya.
Panji rasul itu tetap berkibar. Kini ia di gengaman Abdullah
ibn Rawahah, ia maju dan mengganas di medan pertempuran hingga akhirnya ia pun
dijemput syahid dengan indah.
Bagi seorang muslim, panji Rasul bukan hanya sekedar simbol ataupun
bendera, melainkan keyakinan dan tauhid kepada Allah. Adalah aneh ketika kita
menjumpai sebagian muslim menolaknya, melarang ia untuk berkibar dengan gagah
sedang nanti di akhirat kelak, kita akan di naunginya.
Apatah lagi yang diharapkan kalau bukan keridhaan Allah, jika
kita saja menolak panjiNya, bagaimana mendapatkan rahmatNya?
Bagaimanapun sejarah selalu merekam dengan indah tentang; kaum
muslimin yang tidak pernah membiarkan bendera itu jatuh. Pun para sahabat
Rasulullah yang mulia tetap memegangnya dengan gagah. Sebuah perandaian; Jika
mereka yang mulia saja menjaga dan menggenggam erat Panji Rasul dan bangga,
mengapa kita tidak melakukan yang sama dengan mereka yang telah dinyatakan
mulia?
Panji Rasul
adalah sebuah kehormatan, ia yang kelak akan mempersatukan kaum muslim dan menaungi
mereka di akhirat. Tak pantas rasanya jika mengaku beriman, mengerti tentang
islam lalu mengerdilkannya, dan menyamainya dengan bendera teroris.
Panji itu harus
terus berkibar-meluas ke seluruh pelosok dunia. Sebab dibawah naungannya-lah
kita akan Berjaya.
#PanjiRasul
#MasirahPanjiRasulullah
#Islamrahmatanlilalamin
Bagikan
Panji Rasul
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif
Tinggalkan kesan.