Minggu, 05 Februari 2017

Duri dalam Daging

Duri+Dalam+Daging

Gemuruh takbir menggema, riuh suara angin menambah syahdu lantunan suci yang dikumandangkan. Umat Islam menang. Melawan kecongkakan hina kaum kafir Quraisy saat perang Badr. Pertolongan Allah menghampiri kaum Muslim yang senantiasa berjuang dan tak henti-hentinya berdoa.

            Pada saat kemenangan kaum muslim setelah perang Badr. Musuh-musuh Rasulallah menjadi gentar, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang memilih untuk bersekutu dengan Muhammad Shalallahu alahi wa salam lantaran kekuatan kaum muslimin terus bertambah. Namun disatu sisi, ada kaum yang tidak rela, yang sebenarnya dinaungi Nabi saat di Madinah. Ya, Bani Qainuqa’ sekelompok umat Yahudi yang mendengki atas kemenangan kaum muslim.

            Rasulallahu shalallahu 'alaihi wa salam menyambangi mereka, memberikan nasihat mulia yang terakam dalam Sirahnya.

“Wahai kaum Yahudi” serunya, “hati-hati dengan murka Allah seperti yang telah menimpa kaum Quraisy. Peluklah islam! Bukankah kalian sudah tahu aku ini nabi dan rasul, sebagaimana tersebut dalam kitab suci  dan janji Allah kepada kalian?”

            Bagai percikan api disambut minyak, mendengar nasihat mulia ini, mereka berkata dengan pongah.

“Hai Muhammad, kamu pikir kami ini kaummu, jangan dulu bangga karena telah mengalahkan kaum yang tak punya pengalaman perang. Demi Allah, jika kami yang menghadapimu, kau akan tahu kamilah pemenangnya!”

            Bani Qainuqa mulai menebar tipu daya ke tengah-tengah kaum muslim dan mencari gara-gara. Mereka menyimpan kedengkian meski Madinah di pimpin Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam manusia yang tidak diragukan akhlaknya.

Suatu saat, seorang wanita Arab datang hendak menjual barang di pasar mereka, ia duduk di tempat tukang emas. Sekelompok Yahudi mendatangi berniat membuka cadarnya. Tentu saja wanita itu berontak. Lalu diam-diam, si tukang emas mengaitkan ujung baju wanita itu kepunggungnya sehingga ketika berdiri auratnya terbuka. Meledaklah tawa mereka, sementara wanita itu menjerit karena malu.

            Seorang muslim yang melihat hal itu serentak menyerang  dan menghabisi si tukang emas. Orang-orang Yahudi tak terima lalu mengeroyok si muslim hingga meninggal. Hingga sampai berita ini pada Nabi, pecahlah bentrokan sengit antara dua kubu, kaum muslim dan Yahudi.

            Tidak perlu waktu lama untuk menaklukan sekelompak orang tidak tahu diri tersebut. Nabi mengerahkan pasukan dan mengepung mereka samapi lima belas malam hingga akhirnya menyerah tanpa syarat.

            Rasulallah mengumpulkan mereka ditanah lapang. Ada rasa marah berkecamuk dihatinya akibat ulah Yahudi yang mendengki. Kalau saja Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul tidak menghentikan Muhammad shalallahu’alahi wasalam, mungkin akan terekam jelas dalm sirah bahwa Bani Qainuqa’ telah habis terhujam pedang kaum muslimin. Tapi, Rasulallah yang mulia tidak melakukannya. Ia serahkan sekelompok umat Yahudi yang mendengki tersebut pada Abdullah ibnu Ubay dan memerintahkan kepada sekutu Bani Qainuqa’ yaitu Ubadah ibnu al-Shamit, agar mengungsikan mereka dari Madinah.

            Demikianlah, duri dalam daging yang kelamaan menimbulkan nanah. Mereka yang menghambat perjuangan kaum muslim Allah hinakan dengan kekalahannya. Ia yang mendengki Allah permalukan dengan kuasaNya. Allah-lah pembuat makar terbaik meski mereka hendak menipu dan memadamkan cahaya islam. Maka jangan sampai kita menjadi duri dalam daging yang menyisahkan perih bagi umat dengan menghalangi apa yang mereka perjuangkan, meninggikan kalimat Tauhid agar kembali menggema kesaentero dunia dengan menerapkan Syari’ah dalam naungan Khilafah ‘ala minhajin Nubuwwah.


Bagikan

Tulisan Lainnya

Duri dalam Daging
4/ 5
Oleh