Gemuruh
takbir menggema, riuh suara angin menambah syahdu lantunan suci yang
dikumandangkan. Umat Islam menang. Melawan kecongkakan hina kaum kafir Quraisy
saat perang Badr. Pertolongan Allah menghampiri kaum Muslim yang senantiasa berjuang
dan tak henti-hentinya berdoa.
Pada saat kemenangan kaum muslim setelah
perang Badr. Musuh-musuh Rasulallah menjadi gentar, bahkan tidak sedikit diantara
mereka yang memilih untuk bersekutu dengan Muhammad Shalallahu alahi wa salam
lantaran kekuatan kaum muslimin terus bertambah. Namun disatu sisi, ada kaum
yang tidak rela, yang sebenarnya dinaungi Nabi saat di Madinah. Ya, Bani
Qainuqa’ sekelompok umat Yahudi yang mendengki atas kemenangan kaum muslim.
Rasulallahu shalallahu 'alaihi wa
salam menyambangi mereka, memberikan nasihat mulia yang terakam dalam Sirahnya.
“Wahai kaum
Yahudi” serunya, “hati-hati dengan murka Allah seperti yang telah menimpa kaum
Quraisy. Peluklah islam! Bukankah kalian sudah tahu aku ini nabi dan rasul,
sebagaimana tersebut dalam kitab suci
dan janji Allah kepada kalian?”
Bagai percikan api disambut minyak,
mendengar nasihat mulia ini, mereka berkata dengan pongah.
“Hai
Muhammad, kamu pikir kami ini kaummu, jangan dulu bangga karena telah
mengalahkan kaum yang tak punya pengalaman perang. Demi Allah, jika kami yang
menghadapimu, kau akan tahu kamilah pemenangnya!”
Bani Qainuqa mulai menebar tipu daya
ke tengah-tengah kaum muslim dan mencari gara-gara. Mereka menyimpan kedengkian
meski Madinah di pimpin Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam manusia yang tidak
diragukan akhlaknya.
Suatu saat,
seorang wanita Arab datang hendak menjual barang di pasar mereka, ia duduk di
tempat tukang emas. Sekelompok Yahudi mendatangi berniat membuka cadarnya. Tentu
saja wanita itu berontak. Lalu diam-diam, si tukang emas mengaitkan ujung baju
wanita itu kepunggungnya sehingga ketika berdiri auratnya terbuka. Meledaklah tawa
mereka, sementara wanita itu menjerit karena malu.
Seorang muslim yang melihat hal itu serentak
menyerang dan menghabisi si tukang emas.
Orang-orang Yahudi tak terima lalu mengeroyok si muslim hingga meninggal. Hingga
sampai berita ini pada Nabi, pecahlah bentrokan sengit antara dua kubu, kaum
muslim dan Yahudi.
Tidak perlu waktu lama untuk
menaklukan sekelompak orang tidak tahu diri tersebut. Nabi mengerahkan pasukan
dan mengepung mereka samapi lima belas malam hingga akhirnya menyerah tanpa
syarat.
Rasulallah mengumpulkan mereka
ditanah lapang. Ada rasa marah berkecamuk dihatinya akibat ulah Yahudi yang
mendengki. Kalau saja Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul tidak menghentikan Muhammad
shalallahu’alahi wasalam, mungkin akan terekam jelas dalm sirah bahwa Bani
Qainuqa’ telah habis terhujam pedang kaum muslimin. Tapi, Rasulallah yang mulia
tidak melakukannya. Ia serahkan sekelompok umat Yahudi yang mendengki tersebut
pada Abdullah ibnu Ubay dan memerintahkan kepada sekutu Bani Qainuqa’ yaitu
Ubadah ibnu al-Shamit, agar mengungsikan mereka dari Madinah.
Demikianlah, duri dalam daging yang
kelamaan menimbulkan nanah. Mereka yang menghambat perjuangan kaum muslim Allah
hinakan dengan kekalahannya. Ia yang mendengki Allah permalukan dengan
kuasaNya. Allah-lah pembuat makar terbaik meski mereka hendak menipu dan
memadamkan cahaya islam. Maka jangan sampai kita menjadi duri dalam daging yang
menyisahkan perih bagi umat dengan menghalangi apa yang mereka perjuangkan,
meninggikan kalimat Tauhid agar kembali menggema kesaentero dunia dengan
menerapkan Syari’ah dalam naungan Khilafah ‘ala minhajin Nubuwwah.
Bagikan
Duri dalam Daging
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif