Rabu, 30 November 2016

Sampai Kapan?

Sampai+kapan

        Berulang kali kau usik nurani, bahkan sudah tak terhitung lagi. Aku memperhatikanmu dengan keyakinan, kau tahu apa yang sedang dikerjakan. Aku yakin kau sangat paham dengan batasan-batasan itu, namun sepertinya kecintaanmu pada seseorang membuat hilang ingatan terhadap apa yang hendak kau perbuat. 

       Aku tidak mengerti, bagaimana bisa, bagaimana mungkin sosok sepertimu melakukan penentangan terhadap perkataan yang sering disampaikan. Apakah karena takut tidak mendapatkan jodoh, hingga kau lewati penghalang antara dirimu dengan perbuatan buruk.

Ah, ini bukan untukmu, tetapi untukku yang mungkin masih harus bersabar. 

       Tetapi, aku bertanya pada diriku sendiri, apa perlu kesabaran untuk memberitahu sesuatu hal yang telah kau mengerti.

        Aku tidak tahu cara yang tepat untuk membuatmu paham, namun tindakan yang pernah kuperbuat semestinya, atau setidaknya, bisa mengembalikan nurani keimananmu bahwa apa yang telah kau lakukan adalah sebuah pelanggaran, bahkan menurut islam kau harus dirazam.

       Lagi-lagi, mungkin aku harus membiarkanmu, tidak memedulikan atau bahkan pura-pura tidak melihat. Tetapi apa yang hendak ku jawab pada hati ini, mata dan pada yang merekam segala (Allah) ?

      Sepertinya, aku harus mencari jawab pada tanya; “sampai kapan kau seperti itu?” atau mungkin “cara seperti apa yang harus kulakukan untuk menyadarkanmu!?” 

Bagikan

Tulisan Lainnya

Sampai Kapan?
4/ 5
Oleh