Anak-anak
separuh baya berlari kecil, saling mengejar sembari tertawa nan gembira. Namun
ada satu diantara mereka, ia merenung, berfikir bahwasannya untuk apa ia di
ciptakan.
Tetiba,
teman-teman seusianya menghampiri mengajak untuk bermain.
“Hey,
yuk kita main!”
“Tidak, bukan untuk bermain aku diciptakan.”
“Tidak, bukan untuk bermain aku diciptakan.”
Begitulah
kiranya, dialog singkat yang terjadi antara mereka. Jawaban itu keluar dari
seorang anak yang belum baligh.
Namun
jawabannya telah melampuai usianya.
Ialah
Nabi Yahya Alaihisalam kecil, yang telah melontarkan jawaban tersebut, yang
bila kita renungkan memiliki makna cukup dalam tentang hakikat hidup ini.
Dunia
ini, amat sesak. Kita dikukung dengan berbagai kesenangan berbalut sengsara. Di
kepung praktik penyimpangan yang membawa kita jauh dari kebenaran. Maka kita
mengetahui bahwa sebenarnya hidup di dunia ini hanya sementara dan akan
dimintakan pertanggung jawaybannya.
Sebagaimana
banyak perkataan ulama yang mengatakan:
"Dunia
ini adalah permainan (penuh tipu daya)”
maka
kiranya, kita perlu menasehati diri agar kembali mengingat; bahwa bukan untuk
main-main kita diciptakan. Sebab akan ada tanya yang mesti di jawab, amanah
yang harus ditunaikan dan perbuatan yang dipertanggung jawabkan.
Bagikan
Bukan untuk Bermain
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif