Senin, 16 Maret 2015

Aku belum Menjadi Suamimu


merenung

            Sebuah perjalanan hidup yang setangahnya hampir kujalani bersamamu. Kisah kehidupan yang membawa kita pada arti “keistimewaan” karena ada orang yang mencintai disisi. Mungkin sudah sifat seorang lelaki, yang menginginkan kasih sayang lebih dari seorang wanita bernama ibu, dan menginginkan kasih sayang lain dari seorang wanita bernama istri. Hal itulah yang terkadang membuat seorang lelaki mencari wanita; agar hati tenang, jiwa senang, raga riang dan ah... engkau lelaki pasti tahu.

            Aku sudah mendapatkan wanita. Iya, kamu. Senyummu yang memikat meski hanya sepandang aku melihat. Lalu setelah kuberanikan diri mengenalmu, kita semakin dekat. Ah... mungkin ini terlalu cepat, tapi tak apalah kurasa ini waktu yang tepat, mendapatkan seorang wanita agar perasaan ini mempunyai tempat.

            Sampai beberapa waktu, kuamati kau dari jauh. Membayangkan kau dan aku tlah menjadi satu, rasanya senang, aku menjadi suamimu dan engkau menjadi istriku. Ah... lagi-lagi khayalan indah tak bertepi itu muncul, membuatku tersenyum sendiri, malu.

            Selang hari berganti dan bulanpun berlalu, kumantapkan diri untuk nyatakan cinta padamu. Meski awalnya hati ragu, namun kubulatkan tekad bahwa engkaulah jodohku. Tanpa menunggu lama segera kudekati dirimu, sembari menyusun kata agar tak tergagap di depanmu. Lalu kukatakan“Aku cinta kamu, maukah engkau menjadi Pacarku?” ini adalah kali pertama aku menyatakan cinta pada seorang wanita dan menjadikannya pacar. Ah... semoga langkah ini benar.

            Kini waktu terus berlalu dengan engkau disampingku. Sungguh dunia ini terasa sangat berarti saat engkau menemani perjalanan hidupku. Tapi, ada yang aneh. Aku tak tahu apa, namun yang jelas kita sudah seperti suami istri. Maksudku, kita selalu menanyakan kabar, menanyakan sudah makan atau belum, jalan-jalan berdua, melakukan hal romantis yang menurutku itu hanya pantas dilakukan oleh pasangan suami dan istri.

            Dari sana, perlahan aku tersadar. Aku belum menjadi suamimu dan engkaupun belum menjadi istriku, mengapa kita melakukan ini? Hubungan pacaran ini begitu menyiksa hati tak sepantasnya kita berada dalam ikatan ini. Aku bisa saja pergi meninggalkanmu dan setelah itu aku cari pacar yang baru dengan alasan “kita sudah tidak ada lagi kecocokan” namun sebagai lelaki sejati aku tidak melakukannya karena engkau adalah wanita yang baik perangainya.

            Mengertilah, mengapa kita harus mengakhiri hubungan ini. Aku belum menjadi suamimu, aku tak pantas mengatur dan memerintahmu layaknya istriku. Selama ikatan pernikahan belum mengikat kita, maka selama itu pulalah kau dan aku harus menjauh.


            Sayang... Aku belum menjadi suamimu, kuakiri hubungan ini demi kebaikan bersama agar kita tak lagi terjebak dalam dosa. Pahamilah... mulai saat ini kita berpisah.

Bagikan

Tulisan Lainnya

Aku belum Menjadi Suamimu
4/ 5
Oleh