Engkau
begitu berharga, bukan berarti kau bisa di beli dengan uang. Engaku begitu
berharga, bukan berarti kau bisa di tawar seperti barang ‘bekas’ dan engkau
begitu berharga bukan berarti bisa terbayarkan dengan banyaknya harta. Wanita,
engkau sungguh tak ternilai dengan rupiah, apa lagi permata nan indah. Engkau
lebih dari itu.
Bukan
sembarang orang yang bisa menyentuh mu dan memiliki mu. Bukan sembarang lelaki
yang bisa membawa mu dan menjadikan mu istrinya. Dan bukan lelaki namanya jika
ia memacari diri mu. Kenapa? Karena engkau
bukan tempat untuk ‘praktek’ engkau juga bukan tempat untuk orang-orang yang
tidak mempunyai komitmen. Ingat, engkau begitu berharga dan tak ternilai. Jangan
sampai kau tertipu hanya karena rayuan lelaki ‘mupeng’ (baca: muka pengen).
Mungkin
kertas putih ini tak kan mampu menggambarkan keindahan mu, mungkin tinta ini
tak kan cukup untuk melukiskan eloknya paras mu. Ya, karena memang engkau
begitu tak ternilai.
Setelah
ku memuji mu, ‘mengangkat’ mu hingga melambung jauh. Sadarkah bahwa engkau
memang begitu berharga, indah bak permata jeli nan putih. Terbesitkah di hatimu
“ya.. aku memang berharga dan tak ternilai” lalu kenapa engkau ‘murahkan’ diri
dengan membuka aurat?
Wanita,
saat engkau membuka aurat mu, itu sama saja engkau telah rela dan ridha keindahan
mu di lihat oleh orang banyak. Bukankah aku sudah bilang, engkau begitu
berharga dan tak ternilai. Dan mengapa kini kau biarkan ribuan pasang mata
melihat keindahan mu dengan gratis?
Biar ku tebak, apakah engkau ingin di bilang cantik
dan seksi?
Biar ku terka, apakah engkau ingin di panggil manis
dan di perebutkan oleh banyak lelaki?
Lalu,
apa bedanya engkau dengan sebuah ‘barang’ yang dapat dibeli? Bukankah aku telah
mengingatkan, engkau tak terbayarkan dengan banyaknya harta dan se isi dunia. Karena
engkau indah dan tak ternilai harganya.
Sayang...
biarkan keindahan mu itu hanya di lihat oleh orang yang telah menjadi suami
untuk mu, lelaki yang bertanggung jawab serta yang akan menuntun mu ke arah
syurga. Maukan? J
Hm..
ingat pesan ku ini ya;
Kecantikan itu ada bersama kelembutan dan juga
akhlak yang baik. Jadi engkau tak perlu susah dan repot merias wajah mu itu
agar dibilang cantik.
Satu
lagi. Aku menuliskan ini karena perduli dan sayang pada mu, bukan berarti ‘sok
alim’ atau pun kepengen di bilang
ustadz, bukan ya.... J
Ya...
itu semua karena Engkau, Bidadari. Maka tak pantas rasanya jika bidadari itu
mengumbar aurat, menjual cinta dan mudah untuk di bodohi ama lelaki mupeng.
Sampai sini dulu ya.. nanti kita lanjut lagi. J
Barrakallah... saudari ku.
Lope u pull ....
Bagikan
Karena engkau, Bidadari.
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif