Jumat, 03 Oktober 2014

Setitik Debu


Gurun pasir sehara yang gersang. Pandang tandus terik, tak ada satupun kehidupan. Angin yang bertiup kencang saling beradu membawa pasir – pasir sahara. Pun, setitik debu itu menjadi pepasir karena berkumpul.

            Begitu juga manusia, ia merupakan setitik debu tak berdaya. Berkumpul menjadi satu tetap tidak bisa berbuat apa – apa dihadapan Rabb semesta Alam. Apalah kita dihadapannya, hanya setitik debu yang kotor dan mudah untuk dilenyapkan. Apalah yang patut kita banggakan, padahal diri tercipta dari setetes air mani menjijikan. Maha Besar Allah dari segala kekurangan.

Seringkali diri merasa angkuh, seringkali diri merasa pribadi yang baik dan seringkali pula diri merasa telah berbuat amal hebat nan terbaik. Namun, dari hal yang hanya ‘merasa’ itu apakah menjamin diri akan masuk kedalam surgaNya yang luas.

Kita hanya setitik debu, kecil bahkan tidak terlihat. Setitik debu yang tidak berarti dan mudah hempas terbawa angin. Lalu pantaskan diri menyombongkan sesuatu yang bukan kepunyaannya.
Setitik debu, ya.. kita bagai setitik debu hina dihadapanNya. Kita hanya secuil dari ke Maha BesaranNya. Lalu pantaskan diri terus berbuat dosa, bahkan mengulangnya hingga berkali – kali tanpa pernah merasakan takut akan siksaanNya yang perih nan pedih. Milik seorang hambalah segala kebodohan.



Kita ini terkadang lalai dan alpa, lalu pantaskah diri terus meminta.

Semoga Allah mengampuni diri yang hina dan melampaui batas ini..

Bagikan

Tulisan Lainnya

Setitik Debu
4/ 5
Oleh

Tinggalkan kesan.