Gurun pasir sehara yang
gersang. Pandang tandus terik, tak ada satupun kehidupan. Angin yang bertiup
kencang saling beradu membawa pasir – pasir sahara. Pun, setitik debu itu menjadi
pepasir karena berkumpul.
Begitu juga manusia, ia merupakan setitik debu tak
berdaya. Berkumpul menjadi satu tetap tidak bisa berbuat apa – apa dihadapan
Rabb semesta Alam. Apalah kita dihadapannya, hanya setitik debu yang kotor dan
mudah untuk dilenyapkan. Apalah yang patut kita banggakan, padahal diri
tercipta dari setetes air mani menjijikan. Maha Besar Allah dari segala
kekurangan.
Seringkali diri merasa
angkuh, seringkali diri merasa pribadi yang baik dan seringkali pula diri merasa
telah berbuat amal hebat nan terbaik. Namun, dari hal yang hanya ‘merasa’ itu
apakah menjamin diri akan masuk kedalam surgaNya yang luas.
Kita hanya setitik
debu, kecil bahkan tidak terlihat. Setitik debu yang tidak berarti dan mudah
hempas terbawa angin. Lalu pantaskan diri menyombongkan sesuatu yang bukan kepunyaannya.
Setitik debu, ya.. kita
bagai setitik debu hina dihadapanNya. Kita hanya secuil dari ke Maha
BesaranNya. Lalu pantaskan diri terus berbuat dosa, bahkan mengulangnya hingga
berkali – kali tanpa pernah merasakan takut akan siksaanNya yang perih nan
pedih. Milik seorang hambalah segala kebodohan.
Kita ini terkadang
lalai dan alpa, lalu pantaskah diri terus meminta.
Semoga Allah mengampuni
diri yang hina dan melampaui batas ini..
Bagikan
Setitik Debu
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif
Tinggalkan kesan.