Pada masa Rasulallah shalallahu’alahi wa salam. Syair-syair
jahiliah banyak digubah, mereka saling unjuk kebolehan tentang lantunan bahasa
yang mereka ucapkan. Ketika islam berhasil menguasai Madinah-Mekkah tradisi menggubah syair masih tetap dilaksanakan
dan islam berhasil mewarnai para penyair
tersebut dengan indah sehingga tidak ada kata yang keluar kecuali
kata-kata yang mengandung kebaikan ataupun ketenangan.
Pernah suatu
saat, ketika Rasulallah sedang berada dalam bilik salah satu istrinya,
segerombalan Bani Tamim datang dan menantang untuk beradu orasi dan syair.
“wahai Muhammad,” ucap salah satu petinggi Bani Tamim, “kami
datang untuk bertanding, izinkan orator dan penyair kami beraksi dan tunjukan
kepada kami orator dan penyairmu!”
Mendengar hal ini, Rasulallahu mempersilahkan Bani Tamim
untuk memulai terlebih dahulu.
“Silakan tunjukan oratotmu!”
Pimpinan delegasi Bani Tamim, Utharid ibn Hajib, berdiri
dengan kepala tegak menunjukkan kemampuannya.
“Segala puji bagi Allah
yang telah melimpahi kami anugerah dan keutamaan. Yang telah menjadikan kami
raja, memberi kami harta tak terkira yang kami gunakan dengan baik. Dia jadikan
kami yang termulia di antara penduduk timur, paling banyak dan paling
sejahtera. Siapa yang seperti kami? Bukankah kami manusia dan tertinggi dan
paling utama? Siapa ingin menandingi kami, sebutkan kebaikan sebanyak yang
telah kami sebutkan. Kalau mau, kami bisa berpanjang kata. Tapi, kami malu
memberi lebih dai ini…”
Utharid kembali duduk. Ia merasa dirinya yang terbaik.
Kemudian, Nabi menyuruh Tsabit ibn Qais berdiri.
“Bangunglah, Tsabit! Jawab apa yang dikatakan lelaki ini!”
Tsabit Ibn Qais disebut sebagi orator nabi. Ia dari kaum
Ansar yang fasih dan tegas suaranya.
“Segala puji bagi
Allah, yang langit dan bumi adalah ciptaanNya. Di sana Dia menjalankan hukum-hukumNya. Dia
penuhi KursiNya dengan ilmuNya. Segala sesuatu berasal dari anugerahNya. Satu
diantara kekuasaanNya adalah menjadikan raja. Dari makhlukNya yang terbaik, Dia
pilih seorang rasul; termulia nasabnya, terjujur bicaranya, tertinggi
keluhurannya. Dia turunkan kitab padanya. Dia amanahkan agar disampaikan kepada
makhlukNya. Ia adalah pilihan Allah dari alam semesta. Ia seru sekalian pada
iman kemudian berimanlah kepada RasulNya itu kaum Muhajirin dari kaumnya dan
keluarganya. Ia adalah manusia paling luhur, paling indah wajahnya, paling elok
tingkah lakunya. Ia adalah makhluk paling mustajab doanya. Allah pasti menerima
jika Rasulallah berdoa untuk kami. Kami adalah tangan kanan Allah dan pembantu
RasulNya. Kami perangi manusia sampai mereka beriman kepada Allah. Siap beriman
kepada Allah dan RasulNya tak halal bagi kami darah dan hartanya. Siapa kafir,
kami perangi karena Allah selamanya. Tak sulit bagi kami membunuh mereka. Aku memohon
ampun pada Allah untuk aku sendiri dan segenap kaum mukmin. Wassalamualaikum!”
Bila diperhatikan dan menyimak, sangat jauh perbedaan syair
yang dilantunkan oleh Utharid ibn Hajib kepada Tsabit ibn Qais. Persis
perbedaan anatara Jahiliah dan islam. Sampai disini pertarungan masih belum
selesai. Adu syair dan orasi terus berlangsung. Hingga akhirnya, pertarungan unjuk
kebolehan ini di menangkan oleh Hassan ibn Tsabit, sahabat Rasulallah dan
penyair yang dikukuhkan jibril.
Bani Tamim terpana dengan gubahan syair serta orasi yang
dilakukan oleh kaum muslim. Aqra’ ibn Habis berkata kagum, “Aku bersumpah demi
Ayahku, orang ini benar-benar luar biasa. Oratornya lebih orartor dibandingkan
kami, penyairnya lebih penyair dibandingkan dengan penyair kami, suara mereka
lebih lantang dibanding dengan suara kami.”
Tersingkaplah kebenaran dihati mereka. Mereka menyatakan
beriman kepada Rasulallah dan meninggalkan syair-orasi jahiliah.
Meninggalkan pertarungan syair yang dimenangkan kaum muslim. Hari
ini, kita telah banyak mendengar syair-syair dan orasi yang menyudutkan umat
islam. Mereka hinakan muslim dengan kata-kata yang menjijikan. Ia kerdilkan
keimanan dengan gubahan tak layak di dengar. Maka dari sinilah kita membungkam
mulut kotor mereka dengan syair-syair yang membawa kebenaran, orasi yang
membawa ketenangan. Seperti Tsabit ibn Qais dan Hasan ibn Tsabit yang berhasil
melumat perkataan jahiliah dengan syair yang menjujung tinggi Allah dan
RasulNya.
Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk selalu
berkata benar dan haq. Dan meninggikan kembali kedudukan kaum muslimin. Allahuma aamiin.
Al islamu
ya’lu wala yu’la alahi.
Bagikan
Pertarungan Syair
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif