Sabtu, 18 Februari 2017

Pertarungan Syair

Orator+dan+Penyair

Pada masa Rasulallah shalallahu’alahi wa salam. Syair-syair jahiliah banyak digubah, mereka saling unjuk kebolehan tentang lantunan bahasa yang mereka ucapkan. Ketika islam berhasil menguasai Madinah-Mekkah  tradisi menggubah syair masih tetap dilaksanakan dan islam berhasil mewarnai para penyair  tersebut dengan indah sehingga tidak ada kata yang keluar kecuali kata-kata yang mengandung kebaikan ataupun ketenangan.

            Pernah suatu saat, ketika Rasulallah sedang berada dalam bilik salah satu istrinya, segerombalan Bani Tamim datang dan menantang untuk beradu orasi dan syair.

“wahai Muhammad,” ucap salah satu petinggi Bani Tamim, “kami datang untuk bertanding, izinkan orator dan penyair kami beraksi dan tunjukan kepada kami orator dan penyairmu!”

Mendengar hal ini, Rasulallahu mempersilahkan Bani Tamim untuk memulai terlebih dahulu.

“Silakan tunjukan oratotmu!”

Pimpinan delegasi Bani Tamim, Utharid ibn Hajib, berdiri dengan kepala tegak menunjukkan kemampuannya.

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahi kami anugerah dan keutamaan. Yang telah menjadikan kami raja, memberi kami harta tak terkira yang kami gunakan dengan baik. Dia jadikan kami yang termulia di antara penduduk timur, paling banyak dan paling sejahtera. Siapa yang seperti kami? Bukankah kami manusia dan tertinggi dan paling utama? Siapa ingin menandingi kami, sebutkan kebaikan sebanyak yang telah kami sebutkan. Kalau mau, kami bisa berpanjang kata. Tapi, kami malu memberi lebih dai ini…”

Utharid kembali duduk. Ia merasa dirinya yang terbaik. Kemudian, Nabi menyuruh Tsabit ibn Qais berdiri.

“Bangunglah, Tsabit! Jawab apa yang dikatakan lelaki ini!”

Tsabit Ibn Qais disebut sebagi orator nabi. Ia dari kaum Ansar yang fasih dan tegas suaranya.

Segala puji bagi Allah, yang langit dan bumi adalah ciptaanNya. Di  sana Dia menjalankan hukum-hukumNya. Dia penuhi KursiNya dengan ilmuNya. Segala sesuatu berasal dari anugerahNya. Satu diantara kekuasaanNya adalah menjadikan raja. Dari makhlukNya yang terbaik, Dia pilih seorang rasul; termulia nasabnya, terjujur bicaranya, tertinggi keluhurannya. Dia turunkan kitab padanya. Dia amanahkan agar disampaikan kepada makhlukNya. Ia adalah pilihan Allah dari alam semesta. Ia seru sekalian pada iman kemudian berimanlah kepada RasulNya itu kaum Muhajirin dari kaumnya dan keluarganya. Ia adalah manusia paling luhur, paling indah wajahnya, paling elok tingkah lakunya. Ia adalah makhluk paling mustajab doanya. Allah pasti menerima jika Rasulallah berdoa untuk kami. Kami adalah tangan kanan Allah dan pembantu RasulNya. Kami perangi manusia sampai mereka beriman kepada Allah. Siap beriman kepada Allah dan RasulNya tak halal bagi kami darah dan hartanya. Siapa kafir, kami perangi karena Allah selamanya. Tak sulit bagi kami membunuh mereka. Aku memohon ampun pada Allah untuk aku sendiri dan segenap kaum mukmin. Wassalamualaikum!”

Bila diperhatikan dan menyimak, sangat jauh perbedaan syair yang dilantunkan oleh Utharid ibn Hajib kepada Tsabit ibn Qais. Persis perbedaan anatara Jahiliah dan islam. Sampai disini pertarungan masih belum selesai. Adu syair dan orasi terus berlangsung. Hingga akhirnya, pertarungan unjuk kebolehan ini di menangkan oleh Hassan ibn Tsabit, sahabat Rasulallah dan penyair yang dikukuhkan jibril.

Bani Tamim terpana dengan gubahan syair serta orasi yang dilakukan oleh kaum muslim. Aqra’ ibn Habis berkata kagum, “Aku bersumpah demi Ayahku, orang ini benar-benar luar biasa. Oratornya lebih orartor dibandingkan kami, penyairnya lebih penyair dibandingkan dengan penyair kami, suara mereka lebih lantang dibanding dengan suara kami.”

Tersingkaplah kebenaran dihati mereka. Mereka menyatakan beriman kepada Rasulallah dan meninggalkan syair-orasi jahiliah.

Meninggalkan pertarungan syair yang dimenangkan kaum muslim. Hari ini, kita telah banyak mendengar syair-syair dan orasi yang menyudutkan umat islam. Mereka hinakan muslim dengan kata-kata yang menjijikan. Ia kerdilkan keimanan dengan gubahan tak layak di dengar. Maka dari sinilah kita membungkam mulut kotor mereka dengan syair-syair yang membawa kebenaran, orasi yang membawa ketenangan. Seperti Tsabit ibn Qais dan Hasan ibn Tsabit yang berhasil melumat perkataan jahiliah dengan syair yang menjujung tinggi Allah dan RasulNya. 

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk selalu berkata benar dan haq. Dan meninggikan kembali kedudukan kaum muslimin. Allahuma aamiin.


Al islamu ya’lu wala yu’la alahi.  

Bagikan

Tulisan Lainnya

Pertarungan Syair
4/ 5
Oleh