“Uban,” sebagaimana yang dituliskan oleh DR. Aidh Al Qarni “merupakan
pengingat yang terpercaya.” Seolah-olah ia ingin membisikan pada kita tentang persiapan yang harus segera dipersiapkan,
karena tak lama lagi perjalanan hidup hampir usai.
Betapa Allah
sungguh mencintai hambanya, ia beritahukan pada kita sebuah tanda agar bergegas
dan giat dalam menumpuk pahala sebelum perjalanan panjang dimulai.
Uban adalah delegasi kematian bagi kehidupan, ia mengingatkan
kita bahwa masa-masa kejayaan itu hampir redup. Kulit yang tak sekencang
dahulu, gigi yang sudah tanggal dari tempatnya, mata yang tak lagi bisa melihat
dengan baik perlahan datang bersamanya.
Pun, ia tetap membawa kabar baik selain mengingati kita untuk
bersiap;
“Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang
beruban –walaupun sehelai- dalam Islam melainkan setiap ubannya akan dihitung
sebagai suatu kebaikan dan akan meninggikan derajatnya.” (HR. Al Baihaqi, di
Hasan-kan oleh Syaikh Al Albani dalam Jami’ Ash Shagir)
Dilain perawi, ia bahkan menjadi cahaya;
Dilain perawi, ia bahkan menjadi cahaya;
“…Tidaklah seorang muslim yang beruban dalam Islam walaupun
sehelai, melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat
nanti.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’I, di Shahih-kan oleh Syaikh Al Albani dalam
Jami’I Ash Shagir)
Uban, yang mungkin kita anggap tidak terlalu penting dalam
hidup ternyata menyimpan kebaikan. Dan sungguh, ia menjadi pengingat untuk kaum
muslim yang bertakwa, agar mempersiapkan amal kebajikan yang akan menjadi
bekal.
Wallahu’alam bishawab.
Bagikan
Uban
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif