Saat ini, ketika membincangkan islam agak terasa aneh
di tengah masyarakat kita. Sesuatu yang mungkin tabu, bahkan ada beberapa presepsi
yang muncul jika seseorang itu mendiskusikan islam bisa di pastikan ia bagian dari
teroris, merongrong NKRI, melawan pemerintah dan sebutan lainnya. Terlebih saat
yang berbicara itu dari kalangan pemuda, setengah percaya, mungkin akan mengatakan ia juga bagian dari
organisasi radikal.
Spechless.
Di lain sisi, ketika pemberontakan terjadi di berbagai daerah
yang tidak terima dengan pemerintahan ini hanya disebut sebagai “kelompok
bersenjata” tidak disebut sebagai teroris. Mungin sudah lumrah, sebenarnya kata
“teroris” itu hanya disematkan untuk umat islam bukan untuk yang lainnya.
Media mainstreampun tidak ketinggalan untuk memberitakan, seolah
memang, media-media saat ini tidak berpihak pada kejujuran tetapi pada
kepentingan.
Contohnya saja, saat puluhan
ribu warga yang terdiri dari Mahasiswa, Tokoh, Ulama dan lain sebagainya memenuhi
area patung kuda monas berkumpul menyuarakan TOLAK PEMIMPIN KAFIR, TOLAK AHOK kembali pada Syari’ah dan Khilafah tidak
menjadi berita hangat, atau bahkan trending topic saja tidak. Pun, saat masuk
laporan secara live, berita acara di ubah, tidak sesuai tema permintaan puluhan
ribu masyarakat TOLAK AHOK, TOLAK PEMIMPIN KAFIR.
Anehnya lagi, saat hanya belasan orang menyuarakan LGBT yang
jelas merusak, di blow up hingga
seluruh penduduk indonesia tahu. Hah.
Kemanakah etika jurnalistik yang menjadi pedoman, bukankah seharusnya media selalu
mengedepankan kejujuran bukan kepentingan.
Kita sudah sama-sama tahu, ada yang tidak beres dengan
negeri tercinta ini, dari mulai elit politik yang kotor, pejabat-pejabat yang
tidak berpihak pada rakyat, kekayaan negara yang hanya dinikmati segelintir
orang dan masih banyak permasalahan lainnya yang melanda bumi pertiwi. Apakah
kita harus diam membisu, atau pura-pura
tidak tahu?
Disatu sisi, ada sekelompok mahasiswa yang selalu menyuarakan
islam sebagai solusi, mengungkap tabir kekejian tirani, melawan rezim yang
sampai hati bersekutu membodohi masyarakatnnya sendiri. Sekumpulan pemuda, yang
mencintai Allah dan Rasulnya, tanah tempat tumbuh-kembangnya dan tentu
menginginkan yang terbaik untuk Indonesia.
Lalu, adakah alasan
untuk tidak mendukungnya?
Gerakan Mahasiswa Pembebasan yang selalu mengedepankan Islam
sebagai pola fikir, sikap, membela kepentingan umat, rasanya tidak pantas
disempitkan sebagai kumpulan pemuda pengacau, apalagi bagian dari teroris.
Terlebih yang mengatakan hal tersebut adalah pembenci islam, maka, apakah kita
percaya dengan ucapan-ucapan yang datangnya dari para pendusta?
SAYA MENDUKUNG GERAKAN MAHASISWA PEMBEBASAN.
#StopBungkamIslamBagikan
Bangkit dan Berjuang
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif