Berat, cukup berat kataku untuk istiqamah. Mengerjakan segala macam kebaikan, beribadah, menjauhkan diri dari yang haram dan apalagi itu selalu kontinyu.
Paragraf pertama bukan sugesti, tetapi bisa jadi itulah ungkapan beberapa orang diantara kita yang sedang belajar istiqamah.
Mungkin diantara kita ada yang bertanya, kenapa istiqamah itu berat?
Saya ingin kita mengingat kembali kalimat.
"Apabila kamu menanam padi maka akan selalu ada rumput yang menemani" cukup disini. Kamu pasti tahu penjelasannya.
Lalu, ingat kembali janji iblis;
"Aku bersumpah" kata iblis, "akan selalu menggoda anak cucu adam dari; depan, belakang, kanan dan kiri mereka" tegasnya.
Mengajak diri untuk selalu beribadah dan berbuat kebaikan adalah perbuatan mulia, tetapi untuk istiqamah dibutuhkan kekuatan yang extra terutama dibagian hati, iblis akan bertengger disana dan mengacaukan segalanya bila kita tidak menyiapkan diri.
Kita memohon pada Allah agar Allah memberikan hati yang kuat untuk selalu istiqamah dijalanNya, aamiin.
Kembali lagi.
Istiqamah seperti mendaki gunung yang terjal, akan kita temui krikil dan onak duri yang siap melukai namun hal itu tidak menjadi berarti karena kita yakin dipuncak sana, Allah telah menyiapkan segala keindahan yang akan menghilangkan rasa sakit itu.
Dan selalu kita ingat ucapan Rasulallah bahwa perkara-perkara dunia cenderung disukai syahwat namun perkara akhirat syahwat membencinya.
Lakukan kebaikan seberat apapun, karena Allah pasti akan memberatkan kembali timbangan kebaikan kita akibat berat itu. Juga memohon pada Allah, agar dijadikan hamba yang istiqamah beribadah padaNya.
Terlebih kita memasuki malam 29 dibulan ramadhan, kuatkan hati dan perjuangan agar malam ini i'tikaf dimasjid. Bisa jadi lailatul qadar turun malam ini. Tidak ada yang tahu.
Tulisan ini nasehat untuk saya pribadi, yang masih belajar untuk istiqamah. :)
*dibuat Ruang Ibadah Masjid utama Masjid Jakarta Islamic Centre 3 Juli 2016 / 28 Ramadhan 1437H
Bagikan
Istiqomah walau Berat
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif
Tinggalkan kesan.