Mekkah, dipeluk bahagia, terlebih dihati seorang
wanita bernasabkan mulia, berhartakan melimpah dan berkedudukan tinggiA di
tengah kaumnya.
Khadijah binti Khuwailid, tak lama lagi akan
bersuamikan seseorang lelaki begerlar Al amin, berbudi luhur nan santun,
akhlaknya membuat semua orang mencintainya, ialah pemuda tampan nan gagah, yang
kelak setelah beberapa tahun pernikahannya ia diberi gelar sebagai Rasulallahu
shalallahu'alaihi wassalam.
***
Muhammad dan Khadijah menikah, dua insan yang
jauh-jauh hari telah Allah tulis dalam catatan abadi lauhil mahfudz untuk
menyatu padu, membingkai hari dengan kasih nan cinta yang menghilangkan dahaga
jiwa.
Iya, mereka adalah sepasang cahaya yang menerangi
gelapnya kemusyrikan kota mekkah dengan cahaya iman. Bahkan, bukan hanya kota
mekkah, tapi juga seluruh insan yang saat ini merasakan manisnya iman, karena
pengorbanan keduanya diawal risalah islam.
Di Bilik-bilik cinta Muhammad, sebuah kisah
kutemukan, membacanya seperti kembali pada sejarah saat keduanya menyemai cinta
dengan penuh bahagia. Sampai akhirnya risalah rabbi menghujam dada pada lelaki
pilihan, suami tercinta, dan juga Ayah bagi anak-anaknya. Muhammad
shalallahu'alaihi wassalam.
Seketika itu, perlahan, tugas agung nan mulia itu
diemban-disebarluaskan, hingga beberapa penduduk kota mekkah beriman,
meninggalkan berhala yang pernah mereka sembah sebagai tuhan. Pun, sepupu
Khadijah, Waraqah bin Naufal pernah menyampaikan; "Seseorang yang membawa
risalah Ilahi, akan dimusuhi, bahkan kaumnya sendiri akan melawanya, begitulah
keadaan Nabi terdahulu."
Semakin banyak penduduk mekkah yang beriman, makin
bertambah pula kebencian kaum musyrik mekkah terhadap Muhammad Shalallahu'alahi
wassalam. Berbagai hinaan, cacian bahkan siksaanpun tak luput menjejali beliau.
Namun, semua itu tidak menghentikan beliau untuk
menyebarkan risalah ilahi. Terlebih, Khadijah, sebagai sang istri selalu
menyemangatinya, bahkan menghabiskan seluruh harta miliknya demi kepentingan
suami tercinta.
Saat Muhammad dipenuhi luka, Khadijah selalu hadir
untuk mengobati lukanya. Ia tegar berdiri disamping sang suami, menemani
perjuangan mulia nan suci. Hingga pemboikotan terhadap seluruh keluarga dan
pengikut kebenaran terjadi, Khadijah masih tetap setia dan berjuang bersama
sang suami.
Di Bilik-bilik cinta Muhammad, lelaki bergelar
Rasul itu memiliki cinta yang besar terhadap istri dan juga keluarganya.
"Betapa perjuangan Rasulallah, tidak hanya
mengajarkan kita untuk membangun negara, tapi juga untuk membangun keluarga
penuh takwa" begitulah tulis Dr. Nizar Abazhah dalam pengantarnya dibuku
Bilik-bilik cinta Muhammad.
***
Sepasang Cinta Abadi, ingin meberitahukan kita;
lelaki bergelar Rasul itu memiliki cinta setia pada istrinya, Khadijah.
Di Sepasang Cinta Abadi, perjuangan keduanya saat
awal risalah islam amatlah berat nan memilukan. Pengorbanan begitu banyak
terjadi, bahkan nyawa siap dipersembahkan demi tersampaikannya risalah ilahi.
Dan di Sepasang Cinta Abadi, Muhammad dan Khadijah
bercucuran darah demi menyebarkan islam yang saat ini kita nikmati. Pantaskah
kita berdiam diri bahkan bersenang-senang diatas ke islaman yang telah mereka
bayar dengan derita bahkan nyawa?
Lalu, pantaskah kita sebagai muslim enggan bahkan
menolak untuk memperjuangkan islam sebagai bingkai kehidupan sebagaimana mereka
yang telah mati-matian demi tersebarnya islam?
Di Sepasang Cinta Abadi, semoga sama-sama kita
tangisi, sikap tak peduli terhadap islam dan enggan berjuang demi tegaknya
islam.
Bagikan
Sepasang Cinta Abadi
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif