Ini bukan curahan hati, tapi lebih kepada
suara bahkan ringkikan jiwa yang menggema. Tentang kamu, iya, kamu. Pantaskah
kuperjuangkan hingga ikatan itu melekat pada hati kita, dan menaut sampai ajal
mengambil nyawa ini dengan kasihnya. Engkau tau, keputusan ini amatlah rumit.
Kita belum tahu keadaan masing-masing dan seperti apa pada kenyataannya. Tapi,
disinilah serunya –menurutku—karena Allah yang perlahan akan membuka tabir itu
secara perlahan dengan indah untuk kita.
“Pantaskah engkau kuperjuangkan?” Kata itu
terus terngiang, sayup-sayup kehampaan dan keraguan sedikit mulai menggerogiti
hati kecil ini. “apa engkau akan menerimaku apa adanya?” hal itu yang terus
menggelayut, didalam langit-langit fikiran ini. Engkau tahu, aku hanya berharap
pada Allah tentang ini. Dan seharusnya, kita ikat harapan indah ini pada
pemilik hati, Allah Rabbul ‘izzati. Agar, pabila kita tidak bersama, Allah akan
menyatukan kita pada yang lebih baik menurutNya. Tugas kita, hanya yakin dan percaya
dan saling menguatkan dalam doa.
Aku hanya berharap pada Allah, jika memang
engkau patut untuk diperjuangkan dan Allah sudah menakdirkan. Maka raga dan
jiwa ini siap berjibaku dengan lelah, bahkan darah. Semua fikiran ini akan
tertuju padamu, untuk yang pantas kuperjuangkan.
Doakanlah, kuatkan aku dalam doamu agar semua
rintangan ini menjadi mudah. Hamparan masalah ini menjadi indah dan, cobaan ini menjadi barokah. Agar sikaranya
nanti, Allah meridhai kita untuk menjalankan bahtera dalam lautan cintaNya.
Bagikan
Pantaskah Engkau Kuperjuangkan?
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif