Dulu sekali, aku hanya pemuda
yang tidak perduli dengan lingkungan sekitar. Masa bodo dengan
peraturan-peraturan yang menurutku terlalu mengekang gerak dan langkah kaki ini
untuk menikmati dunia. Aku pemuda, yang sedang tumbuh kembang menjadi dewasa,
jadi biarkanlah saya mengekplorasi diri sendiri dengan teman-teman.
Ha...
tapi itu dulu sekali. Saat sesosok ‘kakak’ –ah, bukan hanya kakak—ia lebih dari
itu, merangkul dan mengajak bersama untuk mengkaji islam. Sampai akhirnya, kamu
membaca tulisan ini. Dari dirinya, aku belajar banyak hal tentang Islam,
kehidupan yang penuh perjuangan, impian yang mesti diraih dan usaha yang tiada
pernah henti. Kadang, ia berubah menjadi sosok seperti Ayah, mengarahkanku
untuk tak salah arah, menasehatiku dengan penuh harap; “kamu harus menjadi yang
terbaik.”
Banyak
sekali yang ia perbuat padaku, sampa-sampai, mungkin aku belum bisa membalas
budi baiknya selama ini, untuk sekarang ini.
Ha...
Kak, memupuk asa bersamamu pernah kulakukan. Kita sempat memiliki impian yang
sama untuk membangun rumah makan. Bukan sekedar rumah makan, tapi Restoran
dengan nama Bang Ahyan, yang kelak, Insya Allah akan berkembang pesat
dijakarta. Itu target kita.
Tapi
sepertinya... impian itu ‘harus’ karam dijakarta. Tersebab aku yang mungkin
plin-plan dalam mengambil keputusan. Engkau pasti marah, benci dan mungkin
tidak ingin melihatku lagi. Iya, aku faham dan mengerti. Aku memang layak
menerima semua itu darimu, Kak. Tak apa.
Tapi,
Kak. Tulisan ini bukan untuk memutar memori masa lalu. Namun, untuk menoreh
impian kita dimasa depan. Pun, tulisan ‘riweuh’ ini adalah permintaan maafku
padamu. Hampir dua tahun, Kak, kita melajukan impian bersama tapi... ah, aku
saja yang mungkin bodoh tidak mau melanjutkannya. Iya, bodoh karena tidak
menggunakan kesempatan dengan baik.
Kak,
harapnya. Tulisan yang mungkin naif ini, menjadi tanda maaf dariku yang banyak
mengecewakanmu. Dan, mungkin pabila tali-tali persaudaraan itu mulai kendur,
dapat kencang kembali dengan tulisan sederhana ini.
Saya meminta maaf, sungguh, kepada kak Catur
Ramadhani dan juga keluarga, apabila selama ini selalu merepotkan. dan terkadang membuat kesal.
Maafin saya kak. 
Doa saya, semoga lebih sukses lagi dikota baru yang
sedang dituju. Aamiin.
MARKISA! 
Dari adikmu, yang gemar menulis.
Bagikan
Memupuk asa Bersamamu
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif