Jumat, 10 April 2015

Apa kabar, Duhai Hati?

merenung

            Lama kau tak kutengok, apa kabarmu saat ini? Maaf aku terlalu sibuk dengan duniaku hingga tak sempat memperhatikanmu. Gemerlap nan indahnya dunia telah memalingkan jiwa dan fikiranku untuk terus memikirkannya. Ah... rasa-rasanya aku ingin terus berada disini, menenatap selamanya. Meski aku seorang aktivis, aku berusaha untuk realistis dalam mengarungi hidup ini; semua tidak akan terjadi tanpa ada sebab. Maka itu aku terus membuat sebab agar bisa hidup layak. Dan maaf lagi-lagi aku tidak memperdulikanmu.

            Duhai hati... apa kabarmu saat ini setelah banyak kulakukan maksiat, meninggalkan sholat dan membuka aurat? Ah, sepertinya terlalu kekanak-kanakan aku tanyakan kabarmu, karena diriku sendirilah yang lebih tahu!

            Duhai hati... maksiat telah mengubahmu menjadi karat. Maksiat telah mengeraskanmu hingga kau tak rasakan lagi manisnya taat. Maksiat telah menghalangimu dari indahnya bermunajat! Bodohnya aku yang lalai dari memperhatikanmu. Hingga sekarang kau gersang bak gurun pasir berdebu.

Apa yang telah kuperbuat, membiarkanmu terus terkotori oleh setitik maksiat yang kian lama pekat. Apa yang telah kulakukan, mengacuhkanmu hingga kebeningan hati itu berubah menjadi keruh.

                Apakabar duhai hati... masihkah cahaya ilahi terpancar dalam sanubari?
                Apakabar duhai hati... masihkah ia terpancar oleh terangnya keimanan?



Merenunglah, dan tanyakan pada hati; “bagaimana keadaanmu saat ini?”

Bagikan

Tulisan Lainnya

Apa kabar, Duhai Hati?
4/ 5
Oleh