Lama
kau tak kutengok, apa kabarmu saat ini? Maaf aku terlalu sibuk dengan duniaku
hingga tak sempat memperhatikanmu. Gemerlap nan indahnya dunia telah
memalingkan jiwa dan fikiranku untuk terus memikirkannya. Ah... rasa-rasanya
aku ingin terus berada disini, menenatap selamanya. Meski aku seorang aktivis,
aku berusaha untuk realistis dalam mengarungi hidup ini; semua tidak akan
terjadi tanpa ada sebab. Maka itu aku terus membuat sebab agar bisa hidup
layak. Dan maaf lagi-lagi aku tidak memperdulikanmu.
Duhai
hati... apa kabarmu saat ini setelah banyak kulakukan maksiat, meninggalkan
sholat dan membuka aurat? Ah, sepertinya terlalu kekanak-kanakan aku tanyakan
kabarmu, karena diriku sendirilah yang lebih tahu!
Duhai
hati... maksiat telah mengubahmu menjadi karat. Maksiat telah mengeraskanmu
hingga kau tak rasakan lagi manisnya taat. Maksiat telah menghalangimu dari
indahnya bermunajat! Bodohnya aku yang lalai dari memperhatikanmu. Hingga sekarang
kau gersang bak gurun pasir berdebu.
Apa yang telah kuperbuat, membiarkanmu terus
terkotori oleh setitik maksiat yang kian lama pekat. Apa yang telah kulakukan,
mengacuhkanmu hingga kebeningan hati itu berubah menjadi keruh.
Apakabar duhai hati... masihkah cahaya ilahi
terpancar dalam sanubari?
Apakabar duhai hati... masihkah ia
terpancar oleh terangnya keimanan?
Merenunglah, dan tanyakan pada hati; “bagaimana
keadaanmu saat ini?”
Bagikan
Apa kabar, Duhai Hati?
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif