Ibu
adalah sosok manusia seperti malaikat. Hadirnya selalu dirindukan, tiadanya
membuat hati gersang. Seorang ibu dapat membuat anaknya tumbuh besar dan
bermartabat. Seorang ibu dapat membuat anak mengenal dunia dengan indah dan
seorang ibu… ah sudahlah tulisan ini takkan mampu mengurai semua jasa-jasa seroang
ibu yang sangat berjasa pada diri kita.
Kata
“Ibu” seolah menjadi cahaya tersendiri bagi hati. Kata “Ibu” seperti cahaya penghangat
jiwa yang dingin akibat kelelahan menghadapi dunia ini.
Apa
yang bisa kita lakukan tanpa Ibu?
Ingat saat kita masih kecil? Begitu belaian kasih
sayangnya tak pernah habis untuk kita. Bahkan sampai dewasa kini ianya tetap
ada dan bahkan bertambah besar kasih sayangnya.
Apa yang bisa kita lakukan tanpa Ibu?
Ingat
saat diri memasuki sekolah? Siapa yang membangunkan, menyiapkan sarapan dan
menyiapkan pakaian kita? Ibu. Bahkan ia tak segan-segan mengantarkan kita pergi
ketempat sekolah meski pekerjaan rumah tangganya begitu banyak.
Apa
yang bisa kita lakukan tanpa Ibu?
Hampir
seluruh pekerjaan rumah, Ibu yang melakukan. Sedangkan kita terkadang hanya
duduk manis tak membantunya. Membiarkannya melakukan pekerjaan yang seharusnya
kita lakukan, bahkan tak perduli, kita menyuruhnya layaknya Pembantu. Beginikah
caramu memperlakukan seorang Ibu? Yang telah membersihakan kotoranmu saat
kecil, menyusuimu hingga kau mampu untuk makan, merawatmu hingga tunbuh besar,
menyekolahkanmu agar menjadi anak yang pintar agar tak bodoh seperti Ibu!
Apa
yang bisa kita lakukan tanpa Ibu?
Mungkin
tidak ada…
Kini
bayangkanlah. Bagaimana jika Ibumu telah tiada?
Sudahkah kita membuatnya bahagia, membuatnya
tersenyum senang, membuatnya bangga karena telah mempunyai anak yang berbakti
pada orangtua. Atau sebaliknya kita sudah memarahinya, membentaknya dan tidak
memperdulikan kata-katanya? Ketahuilah rasa sakit ibu adalah saat kita
membentaknya dan tidak memperdulikan perkataannya.
Bayangkanlah.
Bagaimana jika Ibumu telah tiada?
Sudahkah
kita melakukan perbuatan yang baik untuk Ibu? Sudahkah bibir kita mengucap maaf
atas perlakuan kita selama ini yang mungkin melukai hati Ibu.
Bayangkanlah.
Bagaimana jika Ibumu telah tiada?
Sudahkah
kita mencium keningnya, sebagaimana ia selalu mengecup kening kita saat kecil. Sudahkah
kita memeluknya, sebagaimana pelukan yang selalu ia berikan saat kita
membutuhkannya.
Bagaimana
jika hari ini adalah hari terakhir engkau melihat Ibu?
Sudahkah
kita melakukan sesuatu yang membuat ibu senang? Atau jika tidak bisa, sudahkah
kita melakukan sesuatu yang membuatnya tersenyum girang?
Kini
belum terlambat, Ibumu masih hidup. Kita masih bisa mencium tangan ibu,
memeluknya dengan hangat dan membuatnya bahagia. Buatlah hari-hari tuanya
bahagia melihat anak yang sholeh[ha] sepertimu. Selalu doakan ia agar bahagia
memasuki syurgaNya. Sebut namanya dalam setiap sujudmu, semoga Allah mengampuni
dirinya dan menempatkannya pada syurga yang tertinggi. Aamiin.
Lakukanlah…
sebelum engkau benar-benar kehilangan dirinya.
Dan jika Ibu telah tiada, semoga Allah memberikannya
tempat tinggal yang indah; syurgaNya yang luas seperti semesta.
Salam untuk Ibumu, dariku anak yang ‘jahil.’
Bagikan
Jika Ibumu telah tiada
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif