Hm... nggak kerasa ya kita sudah
dipenghujung akhir tahun. Banyak hal yang telah kita perbuat ditahun ini dan
sebagai seorang muslim kita wajib berintropeksi diri hal apa saja yang telah
kita lakukan ditahun ini, apakah hal itu membawa kebaikan bagi kita atau
membawa keburukan?
Sob. Sebagai muslim kita harus
ngecek semua kejadian yang terjadi, mengecek tradisi atau budaya yang telah
subur dinegeri tercinta ini, seperti merayakan tahun baru masehi misalnya. Kita
perlu tahu, sebenarnya apa sih yang menyebabkan adanya tahun baru ini? Dari
mana asal tradisi ini? Penasaran gak si?
Nah...
Untuk itu dan untuk menambah pengetahuan kita mari simak ulasanya dimari. Chekidot!
Sejarah Tahun Baru Masehi
Kita awali dengan membuka buku The
World Book Encyclopedia tahun 1984, volume 14, halaman 237.
“The Roman ruler Julius Caesar
established January 1 as New Year’s Day in 46 BC. The Romans dedicated this day
to Janus , the god of gates, doors, and beginnings. The month of January was
named after Janus, who had two faces – one looking forward and the other
looking backward.”
Terjemahan bebasnya kurang lebih kaya
gini :
“Penguasa Romawi Julius Caesar
menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM.
Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala
gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama
Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap
ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu.”,
Perayaan Tahun di beberapa Negara terkait dengan
Ritual Keagamaan
Bulan
Januari (bulannya Janus) juga ditetapkan setelah Desember dikarenakan Desember
adalah pusat Winter Soltice sob,
yaitu hari-hari dimana kaum pagan penyembah Matahari merayakan ritual mereka
saat musim dingin. Pertengahan Winter
Soltice jatuh pada tanggal 25 Desember, dan inilah salah satu dari sekian
banyak pengaruh Pagan pada budaya kristen selain penggunaan lambang Salib, tanggal
1 Januari sendiri adalah seminggu setelah pertengahan Winter Soltice, yang juga termasuk dalam bagian ritual dan perayaan
Winter Soltice dalam Paganisme.
Seorang muslim nggak nyembah gini-ginian lho sob...
Perlu
di ketahui juga nih... Tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait
dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka lho—yang tentu saja sangat
bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap
tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan
pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya
dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa
Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.
Seperti
halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan
pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling
memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan
semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka
dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke
belakang).
Sosok dewa Janus
dalam mitologi Romawi
Perlu di ingat nih sob atau bila
perlu di catet! Dewa Janus sendiri adalah sesembahan kaum Pagan Romawi, dan
pada peradaban sebelumnya di Yunani telah disembah sosok yang sama bernama dewa
Chronos. Kaum Pagan, atau dalam bahasa kita disebut kaum kafir penyembah
berhala, hingga kini biasa memasukkan budaya mereka ke dalam budaya kaum
lainnya, sehingga terkadang tanpa sadar kita mengikuti mereka. Sejarah pelestarian
budaya Pagan (penyembahan berhala) sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM)
di Yunani Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka (atau Hari
Janus) dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi
bersama. Kaum Pagan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul
lonceng atau meniup terompet.
Sedangkan
menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta
perayaan New Year’s Eve di tanggal 1
Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan makanan selama setahun penuh. Bagi
orang kristen, yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi
dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama
Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun
Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.
Bagi
orang Persia yang beragama Majūsî (penyembah api), menjadikan tanggal 1 Januari
sebagai hari raya mereka yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus. Penyebab mereka menjadikan hari tersebut sebagai
hari raya adalah, ketika Raja mereka, ‘Tumarat’ wafat, ia digantikan oleh
seorang yang bernama ‘Jamsyad’, yang ketika dia naik tahta ia merubah namanya
menjadi ‘Nairuz’ pada awal tahun. ‘Nairuz’ sendiri berarti tahun baru. Kaum
Majūsî juga meyakini, bahwa pada tahun baru itulah, Tuhan menciptakan cahaya
sehingga memiliki kedudukan tinggi.
Kisah
perayaan mereka ini direkam dan diceritakan oleh al-Imâm an-Nawawî dalam buku Nihâyatul ‘Arob dan
al-Muqrizî dalam al-Khuthoth wats Tsâr. Di dalam perayaan itu, kaum Majūsî
menyalakan api dan mengagungkannya –karena mereka adalah penyembah api.
Kemudian orang-orang berkumpul di jalan-jalan, halaman dan pantai, mereka
bercampur baur antara lelaki dan wanita, saling mengguyur sesama mereka dengan
air dan khomr (minuman
keras). Mereka berteriak-teriak dan menari-nari sepanjang malam. Orang-orang
yang tidak turut serta merayakan hari Nairuz ini, mereka siram dengan air
bercampur kotoran. Semuanya dirayakan dengan kefasikan dan kerusakan. Na’udzubillahiminzalik!
Lalu, Bagaimana sikap kita?
Nah...
Setelah kita mengetahui bahwa tradisi Perayaan 1 januari merupakan Perayaan
yang berhubungan dengan ritual keagamaan dan budaya dari orang kufar, dan
adanya larangan untuk menyerupai sebuah kaum. Maka sebaiknya kita sebagai kaum
Muslim yang terhormat dengan Islam tidak perlu ikut-ikutan merayakannya apalagi
meniru budaya dari kaum kufar karena bisa menyeret kita pada Kesyirikan.
Semoga kita semua senantiasa ingat Firman Allah ini :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ
ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Semoga
Bermanfaat..
[Dari Berbagai Sumber]
Bagikan
Mau tahun baruan? Baca ini dulu.
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif
Tinggalkan kesan.