Ingat
saat kita masih SMA? Kau wanita pertama yang mengajak ku untuk berdakwah.
Mendakwahkan islam, memberitahukan islam sebagai solusi bagi kehidupan ke pada
teman-teman kita di sekolah.
Aku
ingat, di sanggar, tempat untaian nasehat setelah sholat Ashar. Kau menunjuk ku
untuk maju memberikan nasehat ke pada teman-teman tentang islam. Aku malu, tapi
ku beranikan diri untuk maju, demi islam.
Yah...
hanya itu yang aku ingat, tapi kenangan saat SMA amat banyak. Aku pernah
mengagumi mu sebagai perempuan yang berpakaian syar’i saat SMA, kau tegas dan
lugas dalam berbicara, hei... padahal engkau wanita, tapi hal itulah yang
membuat ku kagum pada mu, muslimah yang baik dan pemberani ada di sekolah kita, ya... itulah diri mu. :)
Tapi
sepertinya itu dulu, kini kau berubah amat drastis dan jauh dari nilai seorang
muslimah. Apa yang membuat mu seperti ini? apa yang merubah mu hingga jauh dari
sebutan muslimah sejati? Aku sungguh tak mengerti.
Yah...
inilah perasaan ku pada mu, perasaan kecewa.
Kemana
dirimu yang dulu? Mengajak teman-teman mengkaji islam. Kemana dirimu yang dulu?
Mengajak teman-teman wanita di sekolah agar berpakaian ala muslimah. Keadaankah
yang membuat mu seperti ini? Lingkungankah yang membuat mu tak seperti wanita
yang ku kenal dahulu?
Maaf,
jangan marah kepada ku karena menulis surat seperti ini, jangan pula dengki
karena perkataan ku ini, tapi sungguh aku tak menyangka, kau berubah menjadi
muslimah acuh dan tak perduli akan dakwah. Ingat, kau menyalahi perkataan mu
sendiri saat SMA.
Kini,
kau membuatku sedikit benci karena kelakuan mu sendiri. Aku kecewa pada mu,
ya... sangat kecewa. Tidak ku temui lagi engkau yang dulu. Wanita tegas nan
lugas dalam menyampaikan islam.
Wahai
teman ku, saudari muslimah. Kembalilah, telah jauh engkau dari sejuknya naungan
dakwah. Kembalilah menjadi wanita seutuhnya dengan menggenggam islam sebagai
aturan hidup, telah terlampau jauh engkau dari aturan Allah yang mencintai mu.
Telah lelah jiwa mu yang selalu mengikuti buasnya nafsu.
Wahai
teman ku, kembalilah menjadi muslimah seutuhnya. Memakai hijab syar’i yang
menyejukkan mata, mendakwahkah islam hingga ajal memisahkan kita.
Semoga rahmat
dan hidayah selalu menyertaimu...
Bagikan
Kembalilah, duhai saudariku
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif