Senin, 03 April 2017

Mekkah dan Penaklukan


Lelaki itu menunggangi unta kesayangannya, al Qaswa’. Ia merunduk, sampai-sampai kepalanya hampir menyentuh punggung kendaraanya. Dadanya di penuhi kalimat-kalimat thayyibah, lisannya senantiasa menggemakan Allah dalam setiap langkah menuju pusat kota. Atas izin-Nya Mekkah berhasil ditaklukan setelah perjanjian Hudaibiyah dilanggar oleh elit Quraisy yang ingkar. Ingatan-ingatan itu, tentang perlakuan kaum Quraisy atas pemeluk islam cukup memilukan. Di siksa, dilempari kotoran unta,  disebut gila bahkan diboikot bahan-bahan makanan hingga terpaksa harus memakan rumput menjadi memori yang tak terlupakan.

Namun, dengan keluruhan budi yang senantiasa dibimbing Ilahi membuatnya tidak kalap saat kesempatan untuk membalas ada, seraya membantai kaum kafir mekkah atas perlakuan mereka dahulu. Tidak, hal itu tak dilakukan olehnya, sebab ia diutus bukan untuk membawa adzab melainkan rahmat.

Muhammad Shalallahu’alahi wa salam, berhasil menaklukan kota tercintanya. Itulah penaklukan yang mengharu sebab kota tumbuh-kembang beliau berhasil ditempati kembali setelah pengusiran keji. “Jika bukan karena paksaan dari kaumku” ucap Nabi awal hijrah, “aku tidak akan meninggalkanmu kota tercintaku.”

Penaklukan yang dilakukan Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wa salam untuk mekkah dilakukan dengan sangat hati-hati. Ini terlihat saat Nabi berdoa; “Ya Allah,” tulis Dr. Nizar Abazhah dalam kitabnya Taht Rayah al Rasul, “jangan biarkan ada mata-mata dan berita yang sampai ke Quraisy sehingga kami dapat menyerbu mereka secara mendadak.”

Lelaki itu kini tengah berdiri  tepat di depan pintu ka’bah setelah menyisir kota Mekkah. Orang-orang berkerumun, menunggu keputusan beliau selanjutnya. Sembari memegang tiang pintu dan telah menyampaikan beberapa maklumat islam, Rasulullah berucap, “wahai segenap kaum Quraisy, apa pendapat kalian tentang tindakanku kepada kalian?”

“Kebaikan. Kau adalah saudara yang baik hati, keponakan yang baik budi pekerti.” jawab orang-orang Quraisy.

            Nabi melanjutkan ucapannya dengan penuh belas kasih, “Kukatakan kepada kalian sebagaimana Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya, Dia (Yusuf) berkata, ‘Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para Penyayang.’ Pergilah, kalian bebas!”

Demikianlah, Nabi Muhammad shalallahu’alahi wa salam mengakhirkan penaklukan mekkah dengan pemaafan atas perlakuan keji kaum-kaum yang tidak beriman. Lebih dari itu, penaklukan yang dilakukan kaum muslimin terhadap mekkah terbukti tidak perlu mengucurkan darah sebab yang dilakukan Nabi bukanlah mendiktatori kekuasaan, melainkan mengganti sistem jahiliyah itu dengan aturan Islam yang membawa kejayaan.


Bagikan

Tulisan Lainnya

Mekkah dan Penaklukan
4/ 5
Oleh

Tinggalkan kesan.