Bagian Pertama
Jomblo itu harus pintar menyibukkan diri,
kan malu kalo keliatan jomblonya~ 
Intermezzo
Sebenarnya, agak berat menuliskan ini. Karena memang yang
nulis juga masih jomblo. Hehe tapi
tenang, nggak perlu kuatir saya sudah siapkan ilmu Tegar, jadi in syaa Allah
saya bisa menuliskan ini sampai akhir kalimat. 
Jomblo, seperti kata orang, adalah
jenis manusia yang baru aja putus dari pacar, alhamdulillah. Gegara di selingkuhin lima orang, atau mungkin gara-gara Kekerasan Dalam Hubungan
Pacaran (KDHP) makannya jangan pacaran! 
Ah, mungkin sudah menjadi nasib atau mungkin sudah menjadi sebuah tradisi kalau
jomblo itu adalah kaum terpinggirkan, terkucilkan dan sebutan-sebutan lainnya
yang membuat ‘jomblo’ menjadi status yang nggak di pengenin oleh banyak orang. Karena hal itulah, banyak diantara spesies
jomblo memilih pacaran agar menutupi status ke-jomblo-annya. Kenapa nggak pilih nikah sih! 
‘Jomblowers’ (sebutan saya untuk memanggil
kaum jomblo) sendirian dalam hidup ini mungkin membuat kita bosan, jenuh,
bahkan frustasi. Jodoh yang kita cari atau mungkin sedang ditunggu nggak
kunjung datang mengobati kegelisahan hati. Tapi tetap bersabar dan teguhkanlah diri.
Karena mungkin sebentar lagi ia akan singgah menemani. Lho, Jadi melankolis? 
Mungkin kata jomblo itu terlalu nusuk untuk di dengar,
Sepertinya lebih halus jika di panggil Tuna Asmara. #eaaa 
Jomblowers, nggak usah malu, kalau
misalkan kamu dipanggil jomblo, --memang
kenyataan toh? hehe—tapi malu-lah kalau saat ini kita masih pacaran. Malu
sama Allah, terus aja buat maksiat padahal Allah selalu melihat. Masa, kita
lebih malu sama manusia gara-gara status ke-jomblo-an yang melekat dari pada
sama Allah yang menciptakan manusia dan selalu melihat apa yang kita perbuat.
Mblo... tulisan ini hanya pembukaan
untuk keakraban kita. Biarlah nanti in
syaa Allah saya buat lanjutannya. Kayaknya
seru ya buat episode-episode gitu? Sembari menunggu bidadari, pantaskan diri
dengan banyak mengaji ya. 
Jadilah
jomblo berkualitas! 
Bagikan
Pojok Jomblo: Menjadi Jomblo Berkualitas
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif