Sudah kutuliskan semuanya tentangmu. Berharap, diwaktu yang
akan datang kita bisa bertemu sembari menertawakan masa lalu.
Kamu ingat, waktu
kecil, kita pernah terjatuh bersama, dikejar bapak-bapak tua sampai tersesat disawah.
Disana kamu menangis, dan aku meyakinkanmu dengan sedikit keberanian meski
sebenarnya aku tak tahu arah pulang.
“Tenang, aku
akan menuntun kita sampai kerumah, jangan khawatir”
Meskipun
akhirnya sampai larut malam baru pulang, dan orangtua sudah mencari-cari kita
sampai memberitahu Pak Kepala Desa. Aku tetap senang, karena menepati janjiku
mengantarkanmu sampai pulang kerumah.
Ah, apa kamu
ingat juga tentang perkelahianmu dengan Dipo, bocah gemuk yang sebenarnya
menggemaskan. Aku berusaha melerai, dan tetap saja kamu menjatuhkannya dengan
satu pukulan. Dan seperti biasa, aku menjadi teman setia mengantarkanmu sampai
kerumah.
Masa kecil
kita memiliki banyak kenangan. Aku ingin sekali lagi menceritakannya padamu,
namun sepertinya, Allah masih belum mengizinkan kita untuk bertemu.
Itulah
mengapa kutuliskan ini, agar siapa tahu kamu membacanya.
Haah.. lagi-lagi
waktu yang mengajarkan kita untuk mejadi dewasa. Meski kini aku tidak tahu kamu
dimana, tapi aku tetap meminta pada pemilikmu agar mempertemukan kita.
Mungkin kini
kita tengah menatap senja yang sama dengan harapan berbeda. Tetapi tetap,
harapku, agar bisa membersamaimu.
Bagikan
Ingatan
4/
5
Oleh
Harun Tsaqif