Ibrah Membunuh Pembunuh Anjing
Al kisah hiduplah seorang
paman dengan putri dan juga keponakannya. Mereka tinggal di sekitaran jazirah
arab. Penduduk di sana memiliki kebiasaan untuk menternak unta, sapi dan
kambing. Untuk menjaga ternak mereka, dipeliharalah seekor anjing. Maka jangan
heran bila suatu saat kita pergi ke salah satu bagian negeri dari jazirah arab
kita menemukan cukup banyak anjing yang berkeliaran.
Suatu pagi ponakan sang
paman mendepati seekor anjing miliknya tersungkur dan bersimbah darah, setelah
diperiksa ternyata ia telah dibunuh. Mengetahui hal ini ia melaporkannya kepada
paman.
“Wahai paman, sesungguhnya
anjing yang menjaga ternak kita telah mati, ia dibunuh oleh orang yang entah
dengan maksud apa. Mohon kiranya memberikan solusi apa yang harus saya lakukan,”
mendengar laporan si ponakan, maka paman ini menyampaikan “Bunuh orang yang
membunuh anjing tadi.” Mendengar jawaban sang paman, ia agak kaget dan bergumam
kenapa harus dibunuh? Kan cuma
anjing, sepertinya paman sedang tidak sehat. Kemudian dihiraukanlah
perintah pamannya.
Hari berganti, kini
giliran hewan ternak mereka yang hilang digasak maling. Dilaporkanlah kejadian
tersebut kepada sang paman. Maka sang paman pun memberi jawaban yang sama
“bunuh orang yang membunuh anjing kemarin.” Ponakannya masih tidak percaya
dengan solusi yang diberikan sang paman dengan asumsi hewan ternak yang
hilang, kenapa yang dibunuh si pembunuh anjing?
Waktu berjalan, dikemudian
hari putri satu-satunya sang paman diculik! Ponakannya kemudian memberitahukan
kejadian itu. Beberapa saat paman kembali memberikan solusi kepada ponakannya.
“Bunuh orang yang membunuh anjing sebagaimana yang telah kuperintah beberapa
hari yang lalu.”
Ia kembali dibuat kaget
oleh pamannya, tiga kali ia melaporkan masalah solusi yang diberikan tidak pernah
berubah. “Baiklah,” ujar si pemuda, “pasti ada pelajaran dibalik ini.”
Dikumpulkan sanak saudara untuk mencari pembunuh anjing miliknya setelah
berselang hari pembunuh anjing pun dihabisi.
Kemudian berita
dihabisinya pembunuh anjing ini terdengar keseantero jaziarah Arab. Berita ini
mengagetkan penduduk, hingga sampailah informasi ini ke pencuri ternak. Mereka
ketakutan bukan buatan, hanya karena membunuh anjing si pembunuh dihabisi,
lalu bagaimana nasib kita yang telah mencuri semua hewan ternak miliknya? Esok
harinya, komplotan pencuri mengembalikan curiannya.
Di saat yang sama
informasi ini juga didengar oleh si penculik, ia panik dan sangat takut tentang
hidupnya kedepan. Yang hanya membunuh anjing saja dibunuh, bagaimana
denganku yang telah menculik anak perempuannya. Kemudian dikembalikanlah putri
sang paman kekediamannya.
***
Teman-teman, kisah tersebut
adalah hikayat negeri Arab. Cukup banyak tafsiran yang dapat dikemukakan dari
cerita ini tetapi mari kita ambil pelajaran tentang kesungguhan dalam menyelesaikan
persoalan negeri.
Saat korupsi marak
terjadi, perzinahan menjalar, narkoba menyebar, pembakaran lahan, lgbt semakin
berani menampilkan diri, kita seringkali tidak bersungguh dalam menyelesaikan
masalah yang ada. Seperti mengapa pejabat yang korupsi hanya dihukum penjara
lalu kemudian mendapatkan remisi?
Apakah hal ini tidak akan
mendatangkan masalah lain semisal bertambahnya angka korupsi karena hukumannya
yang ringan? Bila kita sunguh-sungguh dalam menyelesaikan hal ini mengapa tidak
memakai hukum Allah saja bahwa mereka yang mencuri diberlakukan potong tangan
atau hukuman mati seperti China, Vietnam, hukum gantung seperti Malaysia atau
Pancung seperti negeri Arab.
Beberapa tahun lalu kita
dihebohkan dengan keputusan kemenkes untuk membagi-bagikan kondom gratis agar
mencegah HIV/Aids dikalangan kawula muda. Terang saja keputusan ini mendapatkan
kecaman keras dari seluruh elemen masyarakat karena keputusan itu sama saja
seperti melegalkan perzinahan. Semacam, Ngga apa-apa kamu melakukan hubungan
intim dengan orang lain asal pakai pengaman. Lagi pula bila seandainya
keputusan itu berjalan apakah ia akan menekan jumlah HIV/Aids, aborsi, sex
bebas?
Bila kita benar-benar
ingin mencegah sex bebas dikalangan kawula muda mengapa kita tidak menerapkan
syariat islam seperti memberi hukum cambuk bagi mereka yang berzina tetapi
belum menikah dan memberi hukuman rajam bagi mereka yang berzina tapi sudah
memiliki pasangan. Saya pikir ini akan jauh lebih efektif. Tetapi kembali lagi,
itu pun kalau kita benar-benar ingin menyelesaikan masalah.
Terkadang kita terlalu fokus
menyelesaikan persoalan-persoalan yang sifatnya hanya cabang dan melupakan akar
permasalahan sesungguhnya yang melanda negeri ini sehingga ketika masalah yang
satu selesai akan bermunculan lagi (bahkan lebih banyak) masalah yang
berdatangan.
Nah, ini baru beberapa
masalah yang kita bahas, belum yang lain.
Akhirnya kita harus
percaya bahwa inti dari permasalahan negeri ini, kerusakan disetiap lini,
adalah jauhnya kita dari Syariat Islam yang mengatur kehidupan manusia secara
sempurna dan paripurna sebab ia berasal dari Allah pencipta alam semesta. Ia
yang lebih mengerti bagaimana keadaan hambanya, maha adil, tak mungkin keliru
seperti manusia yang membuat hukum sendiri dengan hawa nafsu. Bila kita serius
ingin berubah, ingin lebih baik, ingin menyelesaikan masalah mari kembali
kepada Allah dengan melaksanakan perintahNya.
Karena apapun masalahnya
Islam adalah solusinya.
Saudaramu,
@haruntsaqif