Jumat, 16 September 2016

Dari Bandung ke Jakarta

Bandung+Jakarta

Kemarin, tepatnya hari rabu, saya ada tugas peliputan acara opening expo Pekan Olahraga Nasional di halaman TVRI, Bandung, cibaduyut jawa barat.  Seperti biasa, saya adalah orang yang tertarik dengan wilayah-wilayah seperti Bogor dan Bandung, tidak tahu kenapa, tapi rasanya saya suka dengan pemandangan dua daerah ini, indah dan masih asri.

Saya menemukan pelajaran dari Bandung hingga perjalanan kembali menuju Jakarta yang membuat saya kembali berfikir, dunia ini memang sedang menunggu ajalnya. Di acara itu saya melihat wanita-wanita yang menurut saya menggila disebabkan pakaian serta penampilan yang jauh dari nilai keislaman. Hedonis, mungkin kata ini yang pantas menggambarkan keadaan masyarakat kita saat ini.

            Sementara itu, kita tinggalkan dahulu cerita tentang kehedonisan dan beralih tentang perjalanan saya saat hendak kembali ke Jakarta.

Pagi itu, sekitar pukul 02.00 WIB saya dan tim melanjutkan kembali perjalanan menuju Jakarta setelah merihatkan badan. Di perjalanan, kami semua kembali memajamkan mata karena esok harus kembali bekerja. Saat itulah, saya bermimpi, ini inti dari tulisan sebenarnya dan pengingat untuk diri pribadi.

Singkatnya, ada kata yang terlontarkan di dalam mimpi tersebut,

“Ilmu itu, tidak di dapat dengan bercanda”

Ada hal menarik yang bisa kita renungkan dari mimpi ini, kita seringkali menginginkan ilmu yang bertambah-tambah dan juga ilmu yang bermanfaat tentunya, tetapi kita masih sukasekali tertawa bahkan tidak jarang jahil terhadap teman sendiri atau mungkin candaan lainnya sehingga hati mengeras lalu tidak tersirami ilmu yang memuliakan kita.

Kita, insya Allah sudah mengetahui bahwa ketidakseriusan dalam menuntut ilmu merupakan kecelakaan bagi penuntutnya. Maka wajar bila rasanya ilmu yang kita miliki tidak bertambah bahkan cenderung berkurang disebabkan kita masih senang tidak serius dalam mempelajarinya.

Saya rasa kita harus kembali melihat para ulama dan orang-orang shalih, bagaimana ilmu mereka seperti matahari yang menyinari hati setiap kaum muslimin, tidak pernah padam dan terus menyala.

Mereka mulia karena ilmu, ketaatan pada Allah, juga menjauhi diri dari hal-hal yang dilarang Allah.
Lalu bagaimana dengan kita, yang terkadang tidak serius ataupun istiqomah dalam menuntut ilmu.

Apakah Allah akan memberikan ilmuNya  pada ketidak sungguhan sebuah tekad dan niat?

Semoga Allah menyungguhkan niat kita dalam menuntut ilmu,  memantapkan tekad saat mempelajarinya, istiqomah ketika berada dijalannya dan meringankan hati untuk senantiasa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Allahuma aamiin.

Bagikan

Tulisan Lainnya

Dari Bandung ke Jakarta
4/ 5
Oleh